Rapor Pendidikan Kaltara Tahun Lalu, Masuk Kategori Kurang

DUNIA PENDIDIKAN: Kemampuan numerasi rapor pendidikan Kaltara tahun lalu untuk jenjang SD hingga SMK masih berwarna merah atau skor di bawah 41.

TANJUNG SELOR – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) merilis rapor pendidikan daerah dalam beberapa tahun terakhir. Rapor daerah tersebut menggambarkan hasil yang dicapai, dari proses pembelajaran selama setahun berjalan.

Untuk nilai dalam rapor pendidikan dibagi dalam tiga kategori. Meliputi skor 0-40 masuk kategori kurang, dengan indikator warna merah. Selanjutnya, skor 41-70 masuk kategori sedang, indikator warna kuning. Terakhir, skor 71-100 masuk kategori baik dengan indikator warna hijau.

Terhadap kemampuan numerasi rapor pendidikan Kaltara tahun lalu, untuk jenjang SD hingga SMK masih berwarna merah atau skor di bawah 41. Dengan rincian penilaian tingkat SD 40,81,  SMP 39,50 dan SMK 39,42. Akan tetapi, nilai jenjang SD catat kenaikan besar hingga 17,42 poin, SMP kenaikan 2,56 poin dan SMK naik 4,53 poin.

Sedangkan, jenjang SMA mendapat nilai 47,5 atau kategori sedang. Dari penilaian tersebut terjadi peningkatan nilai 10,55 poin. “Kemampuan numerasi rata-rata naik, baik SD, SMP, SMA dan SMK,” terang PIC PDM 04 Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Kaltara Edy Supryady, belum lama ini.

Kemampuan numerasi dilihat berdasarkan kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep prosedur, fakta dan alat matematika. “Numerasi ini literasi matematika atau kemampuan berhitung. Yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai konteks yang relevan,” tuturnya.

Baca Juga  Bulungan Tertinggi di Kaltara 

Berkaitan nilai kemampuan numerasi yang masih rendah, menurut Edy, dipengaruhi oleh faktor yang cenderung sama. Yakni kecukupan guru ASN yang kurang dan masih adanya guru berstatus tenaga honorer.

“Pendapatan guru honorer, mohon maaf kita tahu berapa nilainya. Itu akan mempengaruhi pelayanan kepada siswa, utamanya soal cara mengajar,” terangnya.

Indeks distribusi guru pun dalam kategori kurang atau masih terjadi penumpukan. Pasalnya, jumlah guru penggerak yang masih kurang dan minimnya refleksi dan perbaikan pembelajaran para guru. Ketika anak-anak tidak memahami metode terkait berhitung yang disampaikan. Berarti harus diganti metodenya.

Edy juga mengatakan, rapor pendidikan didapat melalui asesmen nasional. Teknisnya, peserta didik diminta mengerjakan tes literasi dan numerasi serta mengisi survei karakter dan survei lingkungan belajar. Bahkan, guru juga mengisi survei lingkungan belajar dalam bentuk kuisioner.

Rapor pendidikan secara keseluruhan mencakup lebih dari 90 indikator penilaian. Tapi, ada 6 indikator yang jadi prioritas. Meliputi kemampuan literasi, numerasi, indeks karakter, kebhinekaan, iklim keamanan sekolah dan kualitas pembelajaran.

Baca Juga  Minta Perusahaan Berperan Aktif dalam Pembangunan

“Enam indikator ini karena memang berhubungan langsung dengan siswa,” imbuhnya. Pada kemampuan literasi, tingkat SD di Kaltara memperoleh nilai 57,96. Terjadi peningkatan 10,77 poin dibandingkan tahun 2022.

Berikutnya, SMP mendapat nilai 63,13, atau mengalami peningkatan 8,98 poin dari tahun sebelumnya. Kemampuan literasi tingkat SMA di Kaltara dapat nilai 62,27. Terjadi penurunan 2,28 poin dari tahun 2022. Terakhir, jenjang SMK dengan skor skor 54,44, atau mengalami peningkatan 1,88 poin dari tahun sebelumnya.

Kemampuan literasi merupakan persentase peserta didik. Hal tersebut berdasarkan kemampuan dalam memahami, merefleksi, menggunakan dan mengevaluasi beragam jenis teks. Baik itu teks informasional dan fiksi.

“Teks fiksi, peserta didik memperoleh hiburan dan menikmati isi bahan bacaan. Sementara teks informasi, peserta didik memperoleh fakta, data dan informasi untuk mengembangkan wawasan serta ilmu pengetahuan,” ujarnya.

Penurunan kemampuan literasi jenjang SMA, dipengaruhi banyak faktor. Di antaranya, kecukupan formasi guru ASN pada sekolah yang diselenggarakan pemerintah provinsi berada pada level sedang atau masih terjadi kekurangan guru.

Baca Juga  Diharap Koordinasi ke KPU RI

Faktor lainnya, distribusi guru berada dalam kondisi kurang. Di mana masih ada guru yang menumpuk di wilayah-wilayah tertentu. Termasuk kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru belum masuk kategori baik.

“Status guru honorer dan belum punya sertifikat pendidik, juga memiliki pengaruh. Sama hal dengan kualitas guru penggerak dan guru biasa itu beda. Khususnya dalam mengajar dan menyajikan materi,” ungkapnya.

Berdasarkan data kemampuan literasi SMA, diketahui guru jarang melakukan refleksi dan perbaikan pembelajaran. Mengakibatkan tidak ada tindak lanjut, ketika peserta didik tidak paham dengan materi yang disampaikan.

Dia menambahkan, kualitas pembelajaran dan guru di daerah pedalaman dan perkotaan memiliki perbedaan yang cukup mencolok. “Di sini sudah pakai IT, namun di pelosok listrik saja terkadang tidak ada. Wilayah perkotaan, bukunya lengkap. Tetapi, di pelosok bukunya keluaran 5 sampai 10 tahun yang lalu,” tuturnya.

Padahal, guru harus sering dilatih sebelum mengimplementasikan ilmu dan materi pembelajaran yang baru. Pelatihan dipercaya membuat cara mengajar dan mendidik semakin baik. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini