Ketika Inflasi Kaltara Alami Penurunan, Impor Malah Meningkat

LAJU INFLASI: Kenaikan harga angkutan udara mendorong laju inflasi di Kaltara yang terjadi pada Mei lalu.

Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatatkan inflasi yang terkendali pada Mei 2025, dengan angka 0,06 persen (month-to-month/mtm). Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan April 2025 yang mencapai 0,45 persen (mtm), mengindikasikan stabilisasi harga pasca-periode Idulfitri.

SEPTIAN ASMADI-FAISAL MAASY, Tarakan-Tanjung Selor

LAJU inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga angkutan udara. Kenaikan harga angkutan udara terjadi sejalan dengan berakhirnya diskon angkutan udara periode Idulfitri pada April 2025.

Secara spasial, inflasi di Kaltara menunjukkan pola yang beragam di tiga kota Indeks Harga Konsumen (IHK). Kota Tarakan mencatat inflasi 0,24 persen (mtm), sementara Kota Tanjung Selor dan Kabupaten Nunukan mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,44 persen (mtm) dan -0,01 persen (mtm).

Meski demikian, secara tahunan inflasi gabungan tiga kota IHK Kaltara tercatat sebesar 1,24 persen (year-on-year/yoy), yang masih berada di bawah kisaran target inflasi nasional 2,5 ± 1 persen (yoy).

“Ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian inflasi di Kaltara berjalan dengan baik dan berada dalam jalur yang diharapkan,” jelas Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPWBI) Kalimantan Utara Hasiando Ginsar Manik.

Selain angkutan udara, beberapa komoditas turut menjadi pendorong inflasi di bulan Mei 2025. Peningkatan harga emas disebabkan masih tingginya permintaan aset safe haven di tengah ketidakpastian perekonomian global, terutama dengan adanya isu perang tarif Trump 2.0.

Baca Juga  Karya Kuat Dipengaruhi Perkembangan Budaya Populer, Figure A: Representasi Tubuh Manusia yang tanpa Batasan

Kenaikan harga ikan layang juga terjadi seiring dengan menurunnya pasokan akibat curah hujan yang masih mempengaruhi aktivitas nelayan.

Di sisi lain, sejumlah komoditas berhasil menahan laju inflasi. Penurunan harga cabai rawit dan tomat disebabkan oleh peningkatan produksi pasca-panen raya pada Mei 2025. Sementara itu, harga daging ayam menurun seiring dengan pasokan yang melimpah akibat program foodlog ayam beku serta penurunan permintaan pasca-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

“Koordinasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan berbagai pihak terkait akan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan inflasi tetap terkendali demi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Utara,” tuturnya.

Selain persoalan inflasi, pada April lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara mencatatkan untuk nilai impor Provinsi Kaltara. Pada bulan tersebut alami peningkatan signifikan dibandingkan April 2024.

Berdasarkan data BPS, total nilai impor mencapai USD 64,90 juta, naik 78,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$36,36 juta. Peningkatan ini sepenuhnya disumbang oleh komoditas nonmigas, sementara komoditas migas tidak mencatatkan transaksi impor pada bulan tersebut.

Baca Juga  Melihat Aktivitas Para Difabel di Galeri Disabilitas Kinasih

Secara kumulatif, nilai impor Kaltara selama Januari hingga April 2025 mencapai USD 268,37 juta, turun 21,23 persen dibandingkan periode yang sama di tahun 2024. Kenaikan nilai impor pada April 2025 dipicu oleh lonjakan impor barang hasil industri yang mencapai USD 64,45 juta, meningkat 79,96 persen secara tahunan.

“Sebaliknya, nilai impor hasil tambang justru mengalami penurunan menjadi hanya US$0,45 juta, atau turun 18,53 persen dibandingkan April 2024,” terang Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai, Selasa (17/6).

Sementara itu, tidak ada transaksi impor untuk hasil pertanian maupun barang migas yang tercatat pada bulan tersebut. Sejak Januari hingga April 2025, Kaltara hanya mencatatkan impor migas senilai USD 0,67 juta, yang semuanya berasal dari Singapura dan terjadi pada awal tahun.

“Namun pada April 2025, tidak ada impor migas sama sekali. Ini menunjukkan penurunan drastis 100 persen secara bulanan dan tahunan,” ujarnya.

Dari sisi negara asal, Tiongkok menjadi penyumbang terbesar untuk impor nonmigas dengan nilai mencapai USD 45,03 juta pada April 2025. Disusul oleh Vietnam (USD 8,67 juta), Singapura (USD 8,19 juta), dan negara lainnya termasuk Malaysia dan beberapa negara Asia lainnya. Impor dari tiga negara utama menyumbang 94,30 persen dari total impor nonmigas bulan tersebut.

Baca Juga  Bersepeda 1.945 KM untuk Kemerdekaan RI, Dua Cyclist Ini Akan ke IKN Nusantara untuk Upacara Bendera

“Meski demikian, secara bulanan, impor dari Tiongkok tercatat menurun 33,99 persen, Vietnam meningkat drastis hingga 3.266,14 persen, dan Singapura naik 20,72 persen,” sebut dia.

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang, kenaikan terbesar berasal dari golongan reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis dengan nilai mencapai US$14,47 juta. Disusul oleh produk tembakau, barang dari besi atau baja, serta peralatan elektronik dan aksesoris televisi.

Menariknya, meskipun impor kapal dan struktur terapung mengalami penurunan signifikan (-66,05 persen), namun nilai impor dari golongan aluminium dan produknya melonjak lebih dari 451 ribu persen, meski dari nilai yang relatif kecil sebelumnya.

Tren impor bulanan sejak Januari hingga April 2025 menunjukkan fluktuasi signifikan. Pada Februari, nilai impor melonjak hingga USD 83,05 juta, turun menjadi USD 64,90 juta di April. Penurunan ini menandakan dinamika kebutuhan dan pasokan barang di wilayah perbatasan RI–Malaysia yang cukup cepat berubah. (*)

Bagikan:

Berita Terkini