TANJUNG SELOR – Komoditas unggulan seperti kakao, kopi, durian, dan langsat menjadi tumpuan utama pengembangan kawasan Integrated Area Development (IAD) Lanskap Kayan di Kabupaten Bulungan.
Inisiatif ini dinilai sebagai langkah strategis dalam memperkuat perhutanan sosial berbasis potensi lokal yang terintegrasi dan berkelanjutan. IAD merupakan bentuk nyata sinergi dalam pembangunan wilayah terpadu berbasis perhutanan sosial. Terobosan seperti ini yang kami harapkan muncul dari kesepakatan IAD di Indonesia.
IAD Lanskap Kayan ditetapkan sebagai kawasan IAD kesembilan di Indonesia sejak Desember 2023. Dasarnya Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023 tentang Perencanaan Terpadu Percepatan Pengelolaan Perhutanan Sosial. Pendekatan ini mendorong pengelolaan komoditas dalam satu lanskap dengan penguatan klaster, efisiensi logistik, dan peningkatan akses pasar. Serta melibatkan kemitraan multipihak atau People–Private–Public Partnership (4P) dengan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sebagai motor utama.
Dikatakan Bupati Bulungan Syarwani, model ini mendorong peran aktif pemerintah daerah, masyarakat, dan mitra lainnya dalam memperkuat ekosistem perhutanan sosial. Tujuannya tidak lain kemandirian pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kami punya semboyan Tenguyun Hutanku, yang dalam bahasa Bulungan berarti semangat bersama mewujudkan harapan,” katanya, Jumat (27/6).
Menurutnya, semangat itu diwujudkan dalam pengelolaan IAD Lanskap Kayan yang mencakup 18 desa dengan total luas sekitar 568.182 hektare. Pemerintah daerah, bersama mitra strategis seperti Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), telah memetakan potensi kawasan. Termasuk agroforestri, silvopastura, hasil hutan non-kayu, dan ekowisata.
Langkah ini diperkuat oleh program Mandau Tani, Komando Strategi Pembangunan Pertanian berbasis kearifan lokal. Yang mendorong pengembangan komoditas unggulan seperti kakao (634 hektare) dan kopi (308 hektare). Selain itu, desa-desa sepanjang Sungai Kayan dikenal sebagai penghasil buah-buahan tropis khas Kalimantan seperti durian, lai, duku, cempedak, dan jambu madu.
Potensi lainnya mencakup pengembangan lebah madu dan produksi minyak atsiri. Semuanya dapat dibudidayakan di area perhutanan sosial dan Area Penggunaan Lain (APL) dalam Lanskap Kayan.
“IAD Lanskap Kayan adalah milik semua desa, baik yang memiliki sumber daya alam unggulan maupun yang tidak. Yang penting, wilayah dengan potensi jasa dan pengolahan bisa menjadi hub bagi pengembangan ekonomi desa lainnya,” jelas mantan Ketua DPRD Bulungan ini.
Di lain pihak, Kepala Dinas Kehutanan (Dihut) Kaltara Nur Laila menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Kabupaten Bulungan dalam pengembangan IAD Lanskap Kayan.
“Upaya ini patut diapresiasi. Kami siap mendukung dari sisi kelembagaan dan penyuluhan teknis untuk peningkatan produktivitas perhutanan sosial,” singkatnya.
Senada dengan itu, Direktur Terestrial YKAN, Ruslandi, menyoroti pentingnya peran Sungai Kayan dalam pembangunan berkelanjutan. Sungai Kayan sepanjang 576 kilometer adalah nadi Kalimantan Utara. Dari air bersih, listrik, keanekaragaman hayati, hingga sumber kehidupan masyarakat. Upaya perlindungan lanskap Kayan bukan hanya menyelamatkan hutan, tetapi juga menggerakkan ekonomi.
“Jika masyarakat merasakan manfaat dari menjaga alam, mereka akan menjadi penjaga terbaik bagi kelestariannya,” ujarnya. (kn-2)