Ekspor Non Migas Turun, NTP Malah Naik

DATA BPS KALTARA: Ekspor komoditas non migas di Kaltara alami penurunan 51,57 persen pada Maret lalu.

TANJUNG SELOR – Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara mencatat untuk ekspor dan Nilai Tukar Petani (NTP) memberikan hasil yang berbeda, untuk Maret 2024. Untuk ekspor komoditas di Kaltara alami penurunan 51,57 persen dari USD 366,80 juta menjadi USD 177,63 juta.

Sedangkan data untuk NTP di Kaltara malah mengalami kenaikan 0,65 persen, dari 111,46 menjadi 112,18. Terhadap komoditas ekspor melalui pelabuhan di Kaltara pada Maret 2024 seluruhnya merupakan komoditas barang non migas. Nilai ekspor non migas periode Januari-Maret 2024 mencapai USD 905,43 juta atau naik 52,45 persen dibanding periode Januari-Maret 2023.

“Penurunan ekspor pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya, disebabkan menurunnya ekspor kelompok barang non migas. Terhadap hasil tambang turun 86,23 persen. Sedangkan hasil industri dan pertanian mengalami peningkatan masing-masing 333,68 dan 16,81 persen,” terang Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai, belum lama ini.

Baca Juga  Februari, Penumpang Angkutan Laut Menurun

Pada Maret 2024 ekspor asli Kaltara USD 135,08 juta, mengalami peningkatan 6,33 persen dibandingkan kondisi bulan sebelumnya dengan USD 127,03 juta. Pada Maret 2024, sektor hasil tambang mengalami peningkatan ekspor 10,36 persen atau menjadi USD 108,35 juta.

“Dari total ekspor asli Provinsi Kalimantan Utara sebagian dilakukan ekspor melalui pelabuhan di luar daerah, mencapai USD 71,24 juta. Masing-masing melalui pelabuhan di Kalimantan Timur USD 65,21 juta, Jawa Timur USD 4,42 juta, dan Sulawesi Selatan USD 1,60 juta,” sebutnya.

Adapun lima negara tujuan utama ekspor melalui pelabuhan di Provinsi Kalimantan Utara yakni Filipina, Tiongkok, Jepang, India, dan Thailand. Dengan nilai masing-masing USD 119,48 juta, USD 15,50 juta, USD 13,26 juta, USD10,84 juta, dan USD 8,68 juta. Peranan kelima negara tersebut dalam ekspor Provinsi Kalimantan Utara mencapai 73,69 persen.

Baca Juga  Juni, Inflasi di Kaltara Tetap Terjaga

Selanjutnya, hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 kabupaten se-Provinsi Kalimantan Utara, Nilai Tukar Petani (NTP) naik 0,65 persen. Kenaikan NTP ini disebabkan petani yang mengalami peningkatan daya beli. Karena harga yang mereka terima mengalami peningkatan, daripada harga yang dibayar terhadap tahun dasar. Peningkatan NTP dipengaruhi meningkatnya subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 5,31 persen.

Baca Juga  2023, Luas Panen Padi di Kaltara Menurun

“Subsektor tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan, semua mengalami penurunan dengan persentase yang bervariasi,” imbuhnya.

Dari Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dapat dilihat fluktuasi harga barang yang dihasilkan petani. Hal ini menunjukkan tingkat harga produksi pertanian mengalami peningkatan secara rata-rata 27,52 persen, terhadap produk yang sama pada tahun dasar.

Sementara, melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat perdesaan. Khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan. Serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

“Peningkatan Ib terjadi karena IKRT naik 0,2 persen dan IBPPBM cenderung stabil. Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor pertanian,” ungkapnya. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini