TARAKAN – Inflasi gabungan di tiga kabupaten kota se-Kaltara yakni Tarakan, Bulungan dan Nunukan terjaga dikisaran 1,35 persen pada Januari 2025. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -1,35 persen month to month (mtm).
“Sementara yoy atau secara tahunan sebanyak -0,12 persen. Beberapa komponen utama atau penyumbang inflasi itu adalah tarif listrik yang turuh -47 persen, seiring dengan kebijakan diskon tarif listrik sebesar 50 persen. Tentu kita terbantu dengan kebijakan ini. Sehingga inflasi kita cukup rendah,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara Hasiando Ginsar Manik, Jumat (7/2).
Pihaknya memperkirakan, jika tidak ada diskon tarif listrik. Maka inflasi di bulan Januari 0,63 persen. Selain tarif listrik, deflasi didorong dari komoditas bawang merah, tahu dan tempe. Sementara ada komoditas yang mengalami peningkatan harga. Salah satunya cabai rawit, tomat dan daging ayam ras.
“Secara mtm di tahun 2022 dan 2023, di Kaltara biasanya terjadi inflasi. Tapi ditahun ini kita mengalami deflasi yang cukup besar,” tuturnya.
Pria yang biasa disapa Ando menegaskan, target inflasi nasional pada tahun ini 2,5 plus minus 1 persen. Karena di Kaltara deflasi 1,35 persen, maka ada peluang tabungan untuk tidak melebihi batas inflasi nasional.
Ia mengakui inflasi tahun ini lebih tinggi dibanding tahun 2024. Makanya, KPwBI Kaltara akan lebih intens melakukan koordinasi dengan Pemprov Kaltara, pemda, Satgas Pangan, Bulog dan bersama Tim Pengendali Inflasi Darerah (TPID).
“Ada 4 strategi TPID. Yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. Dari keterjangkauan harga, kami menggelar pasar murah. Ketersediaan pasokan, kami turut serta mengimplementasikan digital framing pada komoditas cabai,” jelasnya.
Ia mengakui, ada beberapa komoditas di Kaltara yang didatangkan dari daerah lain di Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur hingga Jawa Timur. Hal ini menjadi tantangan TPID untuk meningkatkan produksi pertanian dan diharap terbentuk ketahanan pangan mandiri.
“Tentu pengaruh iklim ke pertanian ini harus diminimalisir. Jadi sistem pertanian harus tertutup dan modern. Sehingga cuaca tidak berpengaruh pada kegiatan produksi kita. Kami bersama TPID berusaha sistem pertanian itu yang didorong bertahap. Langkah cepatnya kita kerja sama dengan daerah lain untuk memnuhi kebutuhan kita,” tegasnya. (kn-2)