Impor Kaltara Turun 21,61 Persen

KINERJA IMPOR: Sepanjang Januari-Mei 2025 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

TANJUNG SELOR – Kinerja impor Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) sepanjang periode Januari-Mei 2025 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data yang dirilis, total nilai impor tercatat sebesar USD 357,74 juta, menurun 21,61 persen dibandingkan Januari–Mei 2024 yang mencapai USD 456,38 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya impor pada sektor barang hasil industri dan tambang.

Sementara itu, tidak tercatat adanya aktivitas impor untuk komoditas migas maupun hasil pertanian sepanjang Mei 2025. Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai mengatakan, secara bulanan, nilai impor Kaltara pada Mei 2025 tercatat USD 89,37 juta, menurun 22,75 persen dibandingkan Mei 2024 yang mencapai USD 115,70 juta.

Jika dibandingkan dengan April 2025 yang hanya mencatatkan impor USD 64,90 juta, maka terjadi peningkatan 37,72 persen (month to month).

Baca Juga  Harga Beras Bikin RI Deflasi pada Mei 2024, BPS: Pertama Sejak Agustus 2023

“Dari total nilai tersebut, seluruhnya berasal dari produk nonmigas. Komoditas migas tercatat nihil atau tidak mengalami transaksi impor sama sekali selama bulan Mei,” terangnya, Minggu (20/7).

Rincian data menunjukkan sektor barang hasil industri masih mendominasi total impor nonmigas Kaltara. Nilainya mencapai USD 355,91 juta atau sekitar 99,49 persen dari total impor Januari–Mei 2025. Namun demikian, angka ini tetap mengalami penurunan 21,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Sementara itu, sektor hasil tambang hanya menyumbang USD 1,83 juta, turun drastis 32,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tidak tercatat adanya aktivitas impor dari sektor pertanian sepanjang Mei 2025,” jelasnya.

Dilihat berdasarkan negara asal, Tiongkok tetap menjadi mitra dagang utama Kaltara dalam urusan impor. Pada Mei 2025, nilai impor dari Negeri Tirai Bambu ini tercatat sebesar USD 76,62 juta, naik dari bulan April yang hanya USD 45,03 juta.

Singapura menyusul di posisi kedua dengan nilai impor sebesar USD 7,27 juta, dan Hong Kong di posisi ketiga dengan USD 2,25 juta.

“Negara-negara lain secara kumulatif menyumbang USD 3,23 juta. Total dari ketiga negara utama ini menyumbang 91,83 persen dari total nilai impor nonmigas pada Januari–Mei 2025,” sebut dia.

Dari sisi jenis barang, golongan mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) serta reaktor nuklir dan ketel (HS 84) menjadi komoditas impor utama. Masing-masing mencatat nilai USD 46,40 juta dan USD 65,86 juta selama lima bulan pertama tahun ini. Yang menarik, terjadi lonjakan impor pada komoditas tembakau dan produk sejenis (HS 24) sebesar 1.045 persendibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga  Garis Kemiskinan Alami Kenaikan

“Komoditas plastik, keramik, dan kapal juga mencatatkan perubahan signifikan secara month-to-month dan year-to-year,” kata dia.

Penurunan nilai impor di Kaltara, khususnya pada sektor industri dan tambang, dapat menjadi indikator perlambatan aktivitas manufaktur maupun pembangunan infrastruktur di provinsi termuda Indonesia tersebut. Namun, meningkatnya nilai impor dari Tiongkok dan beberapa komoditas strategis menunjukkan  kebutuhan akan barang modal dan bahan baku masih tinggi. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini