Inflasi Kaltara Masih Terkendali

DEFLASI: Bawang merah turut menjadi pendorong deflasi sebesar -0,07 persen.

TARAKAN – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mencatatkan deflasi -0,01 persen (month to month/mtm) pada September 2025. Angka ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan adanya perlambatan tekanan harga.

Sementara itu, inflasi tahunan (year on year/yoy) tercatat sebesar 2,32 persen Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara Hasiando Ginsar Manik menegaskan, kondisi inflasi Kaltara saat ini masih terkendali dan berada di bawah capaian inflasi nasional sebesar 2,65 persen (yoy) serta masih dalam kisaran target nasional 2,50 persen plus minus 1 persen.

“Secara umum, kondisi inflasi di Kalimantan Utara cukup terkendali. Kami mencatat adanya deflasi ringan pada September terutama karena penurunan harga sejumlah komoditas pangan utama,” ujar Hasiando, Senin (20/10).

Baca Juga  Nilai Impor Kaltara Meningkat 218,19 Persen

Deflasi pada September terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok transportasi. Komoditas ikan layang menjadi penyumbang deflasi terbesar dengan andil -0,07 persen terhadap total deflasi. Penurunan harga ikan ini disebabkan oleh kondisi cuaca laut yang kondusif, sehingga hasil tangkapan nelayan meningkat dan pasokan tetap terjaga.

Selain itu, bawang merah juga berkontribusi terhadap deflasi sebesar -0,07 persen seiring masuknya masa panen di berbagai daerah penghasil.

“Cuaca yang baik dan mulai masuknya musim panen membuat pasokan ikan dan bawang merah terjaga,” jelasnya.

Dari kelompok transportasi, deflasi juga disumbang oleh penurunan tarif angkutan udara sebesar 0,05 persen. Penyesuaian harga tiket pesawat ini dilakukan oleh maskapai. Untuk mengantisipasi masuknya maskapai baru yang akan beroperasi di Kaltara pada Oktober 2025.

Baca Juga  Beri Jaminan Stok Terjaga hingga Lebaran

Meskipun terjadi deflasi secara umum, beberapa komoditas menahan laju penurunan harga. Kenaikan harga emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,09 persen (mtm), dipicu oleh peningkatan harga emas global yang disebabkan oleh ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed.

“Selain itu, harga daging ayam ras juga mengalami kenaikan dan menyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. Terjadi karena meningkatnya harga live bird atau ayam broiler dan Day Old Chicken (DOC) di tingkat nasional,” ujarnya.

Baca Juga  April, Nilai Ekspor di Kaltara Menurun

Hasiando menekankan, capaian inflasi yang terkendali ini tidak lepas dari sinergi kuat antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Kaltara yang terus menerapkan strategi 4K. Yakni Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.

Sepanjang tahun 2025, TPID Kaltara telah melaksanakan 87 kegiatan pasar murah dan memperkuat Kerja Sama Antar Daerah (KAD). Seperti pengiriman dua ton bawang merah dari Enrekang, Sulawesi Selatan ke Tarakan.

“Upaya menjaga inflasi bukan hanya soal harga, tetapi juga soal bagaimana mengelola ekspektasi masyarakat,” pungkas Hasiando seraya berkomitmen untuk terus memperkuat komunikasi publik dan operasi pasar. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini