Memasuki masa pergantian musim, banyak yang berkunjung ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perbenihan Tanaman Hutan Dinas Kehutanan Jatim. Selain meminta bibit gratis, mereka belajar dan berwisata. Jenis tanaman hutan kota paling banyak diburu masyarakat.
TANAMAN tabebuya menghiasi sudut-sudut Kota Surabaya dan sekitarnya. Warnanya beragam. Ada kuning, ungu, pink, dan putih. Persona bunga yang sedang mekar menarik perhatian orang untuk menanamnya. Karena itu, banyak warga yang datang ke UPT Perbenihan Tanaman Hutan Dishut Jatim di Sidoarjo untuk meminta bibit gratis. Yang paling banyak disasar adalah tabebuya pink. Mungkin karena warnanya cerah dan terlihat mewah bentuknya.
“Yang penting jelas keperluannya, kami akan memberikan secara gratis. Memang tidak boleh diperjualbelikan,” ungkap Kepala UPT Perbenihan Tanaman Hutan Dishut Jatim Agustiningtyas Marini kepada Jawa Pos.
Menurut dia, permintaan tabebuya datang dari berbagai kalangan. Selain masyarakat umum, ada sekolah dan pemerintah daerah.
Agustiningtyas mengatakan bahwa ada sejumlah alasan permintaan bibit tabebuya meningkat. Hal tersebut tak terlepas dari mekarnya bunga di Surabaya saat ini. Keindahan bunga yang berwarna-warni membuat masyarakat kesengsem.
Menanam tabebuya cukup mudah. Tidak harus di pinggir jalan raya. Tabebuya bisa ditanam di pekarangan rumah. Lahannya tidak harus luas. Perempuan asal Trenggalek itu memberikan tips agar tabebuya cepat berbunga. “Menggunakan pupuk booster yang mempercepat pertumbuhan dan mekarnya bunga,” paparnya.
Agustiningtyas menjelaskan bahwa tabebuya merupakan tanaman hutan kota. Fungsinya sebagai hiasan. Karena itu, dia tak setuju jika tabebuya dibiarkan hidup begitu saja di pinggir jalan. Harus ada perawatan agar bentuknya juga menarik.
Seiring pergantian musim dan mendekati musim hujan, Dishut Jatim pun menggencarkan pembenihan. Ada ribuan bibit tanaman tabebuya yang siap diedarkan. Ukurannya rata-rata 30 cm. Dan, bukan hanya satu jenis bunga tabebuya. Dishut juga melakukan pembenihan pada semua warna.
Menurut Agustiningtyas, bukan hanya bibit tabebuya yang diurusnya. Melainkan juga tanaman hutan kota lainnya. Misalnya, ketapang, pulai, dan pucuk merah. Selama stoknya ada, masyarakat boleh mengambilnya.
“Kami punya lahan sekitar 2.500 meter persegi. Ini khusus untuk pembenihan tanaman hutan,” katanya. Tidak hanya tanaman hutan kota. Dishut juga membudidayakan tanaman jati. Sistemnya pangkas tanam.
Agustiningtyas menjelaskan bahwa UPT sebenarnya tidak hanya memproduksi bibit, tapi juga mengedukasi masyarakat soal pentingnya penghijauan. Karena itu, UPT juga mengundang warga untuk berkunjung. Selama ini bukan hanya anak-anak belajar yang berkunjung, melainkan juga para mahasiswa. “Kami senang bisa menjadi pusat edukasi pembenihan. Petugas kami sudah siap mengajarkan bagaimana langkah-langkah pembenihan dan penanaman,” katanya. (hen/ai/jpg)