Ditemukannya situs Kumitir pada medio 2019 membuka babak baru penelitian terhadap Majapahit. Reruntuhan istana tersebut diyakini sebagai peninggalan kerajaan yang pernah disebut sebagai salah satu yang terkuat se-Nusantara itu.
MARTDA VADETYA, Jatirejo
SITUS Kumitir terletak di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Jaraknya kurang dari 2 kilometer (km) di timur Kecamatan Trowulan dan sekitar 14 km dari Alun-Alun Mojokerto. Dari area utara, terlihat cungkup baja ringan memayungi sektor A, B, C, dan D. Sementara beberapa titik hasil ekskavasi tahap V dibiarkan terbuka dengan dikelilingi pagar kayu.
Ya, ekskavasi lanjutan rampung digelar sejak 17 September hingga 9 Oktober lalu. Ada empat titik sasaran penggalian arkeologis di area barat dan utara dengan luas total sekitar 500 meter persegi. Salah satu tujuannya, menelusuri sebaran struktur talud atau dinding penahan tanah. Hasilnya, lebih dari 60 persen struktur yang telah ditampakkan rusak parah. Ada susunan bata kuno yang tinggal dua lapis hingga terputus hilang seluruhnya.
Mirisnya, kerusakan tersebut diduga akibat ulah manusia. Baik aktivitas produksi bata atau linggan maupun pertanian.
“Jelas karena aktivitas pengambilan tanah oleh manusia (linggan). Sampai saat ini juga lahannya (sekitar situs) untuk menanam tebu,” ujar M. Ichwan, arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim.
Kemungkinan faktor bencana alam yang turut andil merusak sisa peradaban zaman klasik itu juga tengah dikaji. Departemen Teknik Geologi UGM dan ahli bidang geologi Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut dilibatkan dalam ekskavasi terakhir.
Lapisan tanah juga diambil untuk menguji hipotesis rusaknya struktur situs Kumitir akibat banjir bandang hingga letusan Gunung Arjuno-Welirang pada masa lampau. Secara kasatmata, tumpukan batu boulder tersentral di area sektor A, B, C, dan D yang mengubur struktur bangunan kuno di bawahnya.
Pada sektor D, yang berjarak sekitar 10 meter dari makam umum Dusun Bendo, ditemukan lima kerangka manusia. Mereka terpendam sekitar 50 sentimeter di bawah permukaan tanah. Satu di antaranya tampak kerangka anak balita. Kelimanya tampak terkubur rapi menghadap utara dalam kondisi telungkup. Pada 2021, juga ditemukan satu kerangka manusia.
Lokasinya hanya 3 meter di selatan temuan lima kerangka tersebut. Seluruh tulang belulang manusia itu telah dievakuasi dan tengah diteliti oleh Tim Paleoantropologi FISIP Unair.
Sejak ditemukan Juni 2019, ekskavasi bertahap dilakukan di situs Kumitir. Sebab, reruntuhan bangunan kuno yang luasnya ditaksir 6 hektare itu dinilai penting. Karena diyakini sebagai istana Bhre Wengker atau Wijayarajasa dan Rani Dhaha. Bhre Wengker ialah raja bawahan atau vassal kerajaan Majapahit.
Nama Kumitir sendiri disebut dalam kitab Nagarakertagama dan Pararaton. Situs Kumitir diyakini sebagai istana timur. Sedangkan Candi Kedaton di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, ialah istana barat. Keduanya diyakini dibangun di masa pemerintahan putri Raden Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi, pada 1328–1350 Masehi.
“Tetapi, sejauh ini belum ditemukan artefak yang menunjukkan angka tahun di situs Kumitir,” jelas Abdul Kholiq, juru pelihara situs Kumitir.
Pembebasan Lahan Warga
Salah satu keseriusan pemerintah akan upaya pelestarian cagar budaya dibuktikan dengan pembebasan lahan pada 2023. Lahan seluas 2,5 hektare di zona ini milik tujuh warga sekitar telah diambil alih negara melalui BPK Wilayah XI Jatim. Salah satu tujuannya, tim peneliti bisa leluasa mengeksplorasi situs tanpa hambatan.
“Kemarin ada tiga pemilik lahan lainnya yang sudah bersedia dibebaskan. BPK Wilayah XI Jatim sudah mendata ke balai desa, tetapi kemungkinan realisasinya tahun depan,” terang Lukman Teguh Prasetya, sekretaris Desa Kumitir.
Pemerintah Desa (Pemdes) Kumitir telah merancang skema pemanfaatan cagar budaya di wilayah itu. Tanah kas desa (TKD) di timur situs Kumitir akan disulap menjadi area parkir, pujasera, hingga penginapan. Itu untuk menunjang cagar budaya yang nantinya bakal diproyeksikan sebagai wisata religi dan sejarah.
Untuk menunjang akses pengunjung ke kawasan situs, pemdes sudah membangun jalan utama menuju kawasan situs. Jalur paving sepanjang 1,5 kilometer dibangun sejak tahun lalu. “(Karena prioritas) kemungkinan tahun depan akan diekskavasi lagi,” imbuh Kholiq. (*/c17/bay/jpg)