Taman Nasional Komodo Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Rombongan Turis AS Batal ke Labuan Bajo

TERPENGARUH: Salah satu pos Balai Taman Nasional Komodo di loh Sebita, Pulau Komodo, Manggarai Barat.

Banyak perjalanan wisata yang harus batal karena Bandara Internasional Komodo ditutup. Turis yang sudah berada di Labuan Bajo diimbau bermasker selama berkegiatan untuk antisipasi abu vulkanis.

 

HANS BATAONA, Manggarai Barat

 

TAMAN Nasional Komodo (TNK) sebenarnya membuka enam bulan pertama tahun ini dengan senyum lebar.

Jumlah kunjungan ke rumah hewan reptil purba itu meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut Balai TNK, Januari sampai Juni 2024, sebanyak 129.621 orang mengunjungi TNK. Terdiri atas 79.815 turis asing dan 49.806 wisatawan domestik. Meningkat 27.529 orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Terbuka peluang untuk melampaui jumlah total pengunjung pada 2023 yang tercatat 300.488 wisatawan. Tapi, kehendak alam siapa bisa melawan.

Gunung Lewatobi Laki-Laki meletus pada 3 November lalu. Dalam kepercayaan masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur, erupsi pada gunung yang memiliki puncak kembar –Perempuan dan Laki-Laki– dan diyakini sebagai tempat bersemayam para leluhur itu berarti ia sedang ”marah”.

Baca Juga  Melihat Aktivitas Para Difabel di Galeri Disabilitas Kinasih

Yang pasti, meski TNK yang secara administratif masuk Kabupaten Manggarai Barat yang berjarak sekitar 600 kilometer dari Flores Timur, tempat gunung bertinggi 1.584 meter tersebut berada, tetap saja ikut terdampak. Yang paling terasa tentu saja penurunan jumlah pengunjung sejak erupsi.

Timor Express melaporkan, pada 1 November, wisatawan yang tercatat mendarat di Bandara Internasional Komodo mencapai 269 orang. Tapi, pada 9 November, jumlahnya menurun menjadi 266 orang dan sehari kemudian hanya 107 orang.

“Jumlah wisatawan yang mengunjungi TNK terus menurun,” jelas Kepala Balai TNK Hendrikus Rani Siga kepada Timor Express di Labuan Bajo (12/11).

Penurunan tersebut, kata Hendrikus, terkait erat dengan penutupan Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo, akibat erupsi Lewotobi Laki-Laki. Total ada enam bandara yang ditutup akibat alasan serupa.

Baca Juga  Dapur Jamaah Haji Indonesia di Arafah Layani 3 Ribu Porsi Per Waktu Makan

Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Manggarai Barat Getrudis Naus menyatakan, banyak tamu wisatawan yang terpaksa batal datang ke Labuan Bajo akibat penutupan Bandara Komodo. “Kalau kita jelaskan dan beri pemahaman, para tamu terima dan paham karena ini peristiwa alam, bukan disengaja,” ujarnya.

Labuan Bajo termasuk lima destinasi superprioritas pemerintah. Komodo tersebar di lima pulau utama di TNK yang bisa diakses dari Labuan Bajo, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Gili Motang, dan Pulau Nusa Kode.

Pada 2023, jumlah komodo di TNK mencapai 3.396 ekor. Jumlah itu bertambah 240 ekor dari tahun sebelumnya.

Baca Juga  Ada Pesan Haru Ayah Dini Sera untuk Ronald Tannur Setelah Vonis Bebas

Populasi komodo di TNK mengalami fluktuasi setiap tahun, bergantung jumlah komodo yang hidup dan mati. Naik turunnya populasi komodo adalah hal yang wajar terjadi di alam liar.

Untuk dampak abu vulkanis, Hendrikus menegaskan tak sampai mengganggu aktivitas wisata. Wisatawan dan tamu sudah diimbau untuk menggunakan masker.

Senada dengan Getrudis, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Pramuwisata Indonesia NTT Victor Pance mengatakan, dirinya sebenarnya juga mempunyai tamu dari Amerika Serikat sebanyak 11 orang yang hendak mengunjungi Labuan Bajo. Tapi, mereka harus membatalkan karena Bandara Komodo ditutup meskipun mereka sudah check in di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

“Kepada mereka juga saya sampaikan kondisi ini dan mereka terima karena ini peristiwa alam. Kita hanya bisa berharap semoga cepat normal kembali,” ujarnya. (*/kr2/c19/ttg/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini