Pendukung Jepang heran hanya sekali nonton ke Indonesia kok harus bikin Garuda ID, sedangkan suporter Indonesia mengeluhkan pengiriman one time password yang lama. Tapi, yang terpenting, bisa nyaman mendukung timnas sore ini.
TAUFIQ ARDYANSYAH, Jakarta
GION Suzuki. Wataru Endo. Takumi Minamino…
Teriakan para fans tim nasional (timnas) Jepang itu terdengar saat para pemain idola mereka turun dari bus menuju Lapangan A, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta.
Sebagian di antara mereka mengenakan jersi skuad Samurai Biru, sebagian lainnya membawa syal, juga poster-poster.
Pada Rabu (13/11) sore itu, skuad asuhan Hajime Moriyasu tersebut menjalani latihan untuk menghadapi tuan rumah Indonesia dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia putaran ketiga. Laga bakal dihelat sore ini di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.
Para pendukung Samurai Biru yang meriung di sekitar Lapangan A ternyata bukan cuma warga Jepang yang tinggal di sini. Misalnya, Mira dan Christine yang datang dari Singapura.
“Kami ingin menonton langsung pertandingan Indonesia melawan Jepang,” ujar Mira kepada Jawa Pos. “Kami antusias mendukung negara kami,” timpal Christine.
Keduanya tiba di Jakarta pada Rabu siang itu juga. Tiket sudah lebih dulu mereka beli secara online.
Mira dan Christine, dua di antara ribuan suporter Jepang yang akan hadir di SUGBK. Di baliknya, ada peran penting Hiroaki Kato, warga Jepang yang sudah lama bekerja di Indonesia sebagai musisi, talent, aktor, dan pembawa acara. Dia sibuk membantu para kompatriotnya mendapatkan tiket.
Bantu lewat Blog
Kato mengaku butuh upaya ekstra untuk mendapatkan tiket pertandingan. Sebab, PSSI mulai menerapkan sistem keamanan baru: Garuda ID.
Garuda ID merupakan sistem yang salah satu fungsinya menyimpan data suporter yang menonton pertandingan timnas Indonesia di SUGBK. Dalam proses membuat Garuda ID, suporter harus melampirkan kartu identitas kependudukan, e-mail, dan foto.
“Banyak yang bertanya bagaimana cara membuat Garuda ID dan membeli tiket pertandingan. Karena sulit menjelaskannya satu per satu, saya memaparkannya dengan tulisan di blog pribadi,” ujar Kato.
Fans timnas Jepang, lanjut Kato, rata-rata heran dengan sistem Garuda ID. Sebab, mereka datang ke SUGBK hanya sekali. Cuma untuk menyaksikan pertandingan Wataru Endo dkk.
“Kalau seperti aku yang tinggal di Indonesia, wajar punya Garuda ID. Sebab, aku bisa memakainya berkali-kali. Tapi, orang Jepang yang hanya ke sini sekali merasa bingung untuk apa membuat Garuda ID,” ungkap Kato.
Kato menambahkan, di Jepang, tidak ada sistem seperti itu. Tapi, setiap suporter timnas Jepang yang ingin membeli tiket harus mendaftar lewat situs resmi federasi. “Mendaftarnya nggak pakai foto. Hanya pakai nama dan e-mail,” jelasnya.
Meski demikian, Kato menghormati sistem yang dipakai PSSI. Dia berharap database para suporter, khususnya suporter Jepang, yang terdaftar di Garuda ID aman. Tidak bocor.
Tidak semua suporter timnas Jepang mulus dalam membuat Garuda ID. Banyak yang harus mencoba puluhan kali sampai berhasil. Bahkan, ada yang sampai ratusan kali.
Salah satu fungsi Garuda ID adalah meminimalkan percaloan tiket pertandingan timnas Indonesia. Sebab, sebelum membeli tiket, suporter harus mendaftarkan nomor Garuda ID ke sistem pembelian tiket.
Tapi, bicara calo, di Jepang juga ada. “Di Jepang, calo juga menaikkan harga tiket. Besarannya bisa 1,5 kali lipat atau 2 kali lipat dari harga tiket asli,” katanya.
Kesulitan mendaftarkan Garuda ID juga dirasakan suporter timnas Indonesia. Meiliza Amanda, suporter asal Tangerang Selatan, menilai pengiriman kode OTP (one time password) membutuhkan waktu cukup panjang. Bahkan bisa berhari-hari.
Menurut dia, seharusnya pengiriman kode OTP tidak hanya melalui e-mail. Bisa melalui SMS atau WhatsApp, misalnya.
Tapi, terlepas dari itu, dia senang PSSI menerapkan sistem Garuda ID. Menurut dia, sistem tersebut akan membuat kenyamanan dalam mendukung skuad Garuda lebih meningkat.
“Dengan Garuda ID, dapat dipastikan hanya suporter yang punya tiket yang bisa masuk ke stadion,” katanya. (*/c7/ttg/jpg)