Indartha Meiputra Bikin Koper Kamar untuk Ajarkan Cara Kerja Mata Memproses Cahaya

INOVATIF: Salah satu inovasi Indartha Meiputra membuat Koper Kamar untuk menjelaskan terkait cahaya.

Indartha Meiputra ingin memastikan pembelajaran yang dia sampaikan dipahami secara penuh oleh peserta didik. Guru SDN Karanganyar Kota Pasuruan tersebut membuat beragam inovasi agar murid-muridnya antusias di tiap sesi belajar.

DOMINO Equivalent Cards yang pertama. Alat peraga itu dibuatnya untuk mengajarkan konsep pecahan senilai, tapi melalui permainan mirip domino. Projek pertamanya itu mendapat juara III Inovasi Pembelajaran Tingkat Kota Pasuruan. Terbaru, dia membuat Koper Kamar yang berhasil meraih juara I Lomba Inovasi Pembelajaran tingkat Kota Pasuruan 2024.
Dia menjelaskan, Koper Kamar sejatinya akronim dari koper dan kartu mata augmented reality. Terbuat dari kayu dan bersifat portabel, Koper Kamar dirancang untuk mengajarkan materi IPA tentang cara kerja mata dalam menangkap cahaya dan pembentukan bayangan di retina.
“Inovasi ini dibuat karena anak-anak belum memahami bagaimana cara kerja mata, mengapa bayangan yang ditangkap retina bisa terbalik,” ujarnya kepada Jawa Pos, Kamis (21/11).
Ide-ide kreatifnya itu tidak ujug-ujug muncul. Lulusan Universitas Terbuka Jurusan PGSD tersebut melakukan persiapan khusus sejak awal tahun ajaran. Yaitu, asesmen materi tiap mata pelajaran dan bagaimana kondisi siswa di kelasnya.
Dari situ, lantas muncul ide-ide belajar yang seru atau asyik. “Misalnya, dari hasil asesmen saya melihat kebanyakan anak-anak menyukai musik dan itu membuat mereka mudah memahami materi pelajaran, maka saya bikin lagu,” paparnya.
Cara itu dia terapkan ketika mengajar bahasa daerah. Dia membuat lagu aksara Jawa untuk memudahkan anak-anak menghafal alfabet dalam bahasa Jawa tersebut.
“Melodinya bisa diadopsi dari lagu-lagu sedang viral yang dikenal sampai ke SD ini,” ujar guru yang membagikan metode pengajarannya di akun Instagram @indratataethnic tersebut.
Dengan cara itu, siswa lebih mudah mengingat materi pelajaran karena melodi yang mereka kenal menjadi alat bantu belajar. Karena itu, dia menekankan bahwa asesmen pada siswa menjadi hal yang krusial dalam proses pembelajaran.
Meski cara mengajarnya terbilang fun dan inovatif, tidak berarti guru yang berstatus ASN sejak 2019 itu tidak menghadapi tantangan. Dia tetap harus menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa yang beragam dan menanamkan karakter baik.
Indartha menyebut bahwa membangun karakter siswa menjadi salah satu PR terbesar. “Adab dan perilaku anak-anak turut dipengaruhi teknologi. Di rumah, terkadang tidak terkontrol,” ungkapnya. Maka, dia berupaya menyisipkan nilai-nilai moral dan karakter dalam setiap metode pembelajaran.
Pola ajar tersebut kerap dia bagikan ke media sosial dengan harapan bisa menginspirasi peserta didik serta para guru lainnya untuk mengadopsi metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman.
“Guru tidak hanya sebagai pendidik, tetapi juga penggerak perubahan dalam dunia pendidikan,” tuturnya.
Indartha menekankan, untuk pembuatan konten mengajar, sejak awal tahun ajaran baru, dirinya meminta izin kepada orang tua murid terkait perekaman video anak-anak dalam praktik pembelajaran. Permohonan izin secara tertulis dan ditandatangani oleh para wali murid.
“Anak-anak bukanlah objek sebuah konten. Kita sebagai guru perlu izin kepada orang tua,” papar guru kelas V SD tersebut.
Ke depan, banyaknya guru kratif dan inovatif akan membawa perubahan besar. Dia berharap kualitas pendidikan di Indonesia kian merata dengan akses yang bisa dijangkau semua anak. Terutama di daerah 3T (tertinggal. Terdepan, dan terluar). Indartha juga berharap, kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru menjadi fokus pemerintah. (mia/c7/nor/jpg/uno)

Baca Juga  Mudik Lebaran 2024 Melintas di Situbondo, Sejenak Beristirahat di Tengah Hutan Baluran, Waspada Gangguan Monyet
Bagikan:

Berita Terkini