Polisi menyebut penetapan tersangka tinggal menunggu sinkronisasi data. Ibu korban dalam waktu dekat segera melahirkan.
SALIS ALI MUHYIDIN-BAGUS RIO, Banyuwangi
SECARA fisik, ADNC dan SA memang dalam kondisi baik. Tapi, nun di hati terdalam, luka suami istri asal Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur, itu masih menganga.
Meninggalnya anak kedua mereka, DC, yang menjadi korban kekerasan seksual menjadi penyebab. Apalagi, sampai sekarang pelaku tak kunjung tertangkap. “Informasi dari tetangga, (SA) sudah mau ketemu orang dan bersosialisasi,” kata BD, kepala desa tempat pasutri tersebut tinggal, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, Rabu (4/12) lalu.
Namun, ADNC masih belum bekerja seperti biasanya. Dia minta izin ke tempatnya bekerja, salah satu pabrik plywood di Kecamatan Srono, Banyuwangi. “Tidak keluar dari pekerjaan, tapi belum tahu kapan akan masuk kerja,” tambah BD.
Sudah lebih dari tiga pekan berlalu sejak DC ditemukan meninggal di kebun tak jauh dari tempat tinggalnya pada siang 13 November lalu. Polisi sudah memeriksa 27 saksi terkait peristiwa nahas yang menimpa upik 7 tahun tersebut, tapi pelaku tak kunjung terkuak.
Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra menyatakan, penetapan tersangka hanya menunggu sinkronisasi data yang sudah didapat ahli-ahli penyelidikan yang didatangkan pihaknya.
“Kami sinkronkan dengan hasil penyelidikan ahli psikologi forensik, hipnoterapi, dan laboratorium forensik serta lab-lab dari rumah sakit umum. Semoga ini bisa membantu,” ujarnya.
Polda Jatim juga telah melakukan identifikasi dengan menyelidiki hasil otopsi tim forensik. Tim forensik telah pula membawa sejumlah alat bukti terkait kejadian tragis yang menimpa siswi kelas 1 sebuah madrasah ibtidaiyah tersebut yang ditemukan meninggal dalam kondisi penuh darah.
Jelang Kelahiran
Kondisi SA yang tengah hamil tua juga terus terjaga di bawah pengawasan Puskesmas Kalibaru. “Kondisi kehamilannya baik. Dalam bulan-bulan ini atau awal bulan depan sudah mendekati kelahirannya,” kata Plt Kepala Puskesmas Kalibaru Aris Prasetyo.
Meski sudah mau keluar dari rumah, SA dan suami masih tampak tertutup. Gelayut kedukaan dan sisa trauma membuat mereka tidak sembarangan mau menemui orang.
“Beliau (ADNC dan SA) masih sulit kalau diajak ketemu media. Biasanya apa-apa dilaporkan saya, kadang saya yang disuruh melayani,” ujar pengacara keluarga korban, Charisma Adilaga Sugiyanto.
Pria yang akrab disapa Rama itu menyebut kliennya masih optimistis Polresta Banyuwangi bisa mengungkap kasus yang menimpa sang buah hati. “Klien kami selama ini terus mendapat perkembangan hasil penyelidikan yang dilakukan polisi. Segala perkembangan disampaikan Pak Kapolresta. Persentasenya mungkin sudah 80 persen,” katanya.
Sementara itu, kegiatan belajar-mengajar di MI tempat korban dulu bersekolah sudah kembali normal. Sejak Senin (2/12) para siswa di sekolah itu juga menjalani ujian semester.
Dari 80-an siswa yang mengikuti ujian, ada satu yang harus melaksanakan ujian di rumah: BTR, kakak kandung DC. “BTR harus melaksanakan ujian di rumah dan didampingi satu dewan guru,” kata HP, kepala MI tersebut.
Jarak sekolah tersebut dengan tempat tinggal korban sekitar 2 kilometer. DC ditemukan meninggal sepulang sekolah oleh sang ibu.
Sejak kejadian tersebut, lanjut HP, BTR belum siap masuk sekolah. Sebelum ujian, dia mengikuti pelajaran secara daring lewat ponsel milik saudaranya.
“Dia (BTR) juga dapat nomor ujian (nomor 415) sama seperti yang lain. Hanya, pengerjaan soal dilakukan di rumah,” ujarnya.
HP berharap pelaku segera tertangkap. “Mudah-mudahan masalah ini bisa segera selesai dan dia (BTR) bisa kembali belajar di sekolah,” harapnya.
Rama meminta masyarakat bersabar. “Mohon bersabar karena kami masih menunggu hasil forensik dari Polda Jatim,” katanya. (*/abi/aif/c19/ttg/jpg)