Uti Nilam Sari, Pionir Ilustrator Medis Berkualifikasi Internasional asal Indonesia

PENUH PERJUANGAN: Dokter Uti Nilam Sari menyelesaikan program medical visualisation and human anatomy di Skotlandia bersama sang suami.

Passion Uti Nilam Sari sebagai seniman terbentur dengan keinginan orang tua yang menginginkannya menjadi dokter. Namun semesta, selalu punya cara untuk menunjukkan jalannya. Dua profesi yang berseberangan itu, nyatanya bisa bersatu dalam wujud medical ilustrator. Profesi yang menghantarkan Uti sebagai sosok pertama asal indonesia yang memiliki kualifikasinya.

Di balik dunia kedokteran yang penuh dengan teori kompleks, muncul sosok Uti Nilam Sari, seorang dokter yang memilih jalan berbeda. Dia menjadi ilustrator medis. Sebuah profesi yang sudah banyak di negera barat, namun relatif baru di Indonesia.

Bahkan, Uti tercatat sebagai ilustrator medis pertama dari Indonesia yang lulus dari program terakreditasi dunia. Torehan jejak luar biasa dalam bidang yang masih jarang dikenal di tanah air itu.

Awalnya, Uti menjalani studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Namun, ia mengaku bahwa dunia medis bukanlah panggilan hatinya. “Passion saya lebih ke seni visual dan teknologi,” ungkapnya.

Tapi, sebagai anak yang berbakti, permintaan orang tua tak kuasa dibantahnya. Selama kuliah, ia sering merasa berat saat melihat kondisi pasien dengan segala masalahnya. Situasi yang kerap menyayat hati dan pikirannya. Apalagi, dia bertugas di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, RS rujukan nasional.

Baca Juga  Muhammad Reza Cordova, Profesor Riset Termuda di BRIN yang Fokus pada Mikroplastik di Laut

“Empati saya yang besar sering membuat saya merasakan emosi pasien dengan mendalam. Tak jarang, sepulang dari jaga malam, saya menangis hingga tertidur,” kenangnya.

Untuk menjaga kewarasannya, Uti kembali ke dunia yang selalu ia cintai: menggambar. Sambil menjalani pendidikan kedokteran, ia mulai mengeksplorasi seni grafis. Ketertarikannya semakin mendalam ketika ia menyadari bahwa materi pembelajaran medis sering kekurangan ilustrasi berkualitas.

Inspirasi ini tumbuh menjadi visi: menjadi “Netter-nya Indonesia,” merujuk pada Frank Netter, ikon ilustrasi medis dunia yang dikenal lewat atlas anatominya. Selepas lulus dengan predikat cumlaude, Uti memutuskan untuk mendalami bidang ilustrasi medis.

Perjalanannya membawanya ke Skotlandia, tempat ia menempuh program Medical Visualisation and Human Anatomy di University of Glasgow dan The Glasgow School of Art. “Di sana, saya berkenalan dengan teknologi seperti virtual reality, bahkan sejak satu dekade lalu,” ceritanya.

Sebagai medical illustrator, Uti menjelaskan bahwa ilustrasi medis memiliki peran penting dalam dunia kesehatan. “Gambar dapat menjelaskan hal-hal yang sering kali sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ilustrasi mempermudah komunikasi informasi kompleks dalam kedokteran,” jelasnya.

Baca Juga  Nongsa Digital Park, Produksi Puluhan Animasi untuk Netflix, Disney, hingga Nickelodeon

Dari gambar sederhana seperti anatomi jantung hingga visualisasi biomedis canggih, karya-karya Uti bersama timnya menjembatani kesenjangan pemahaman antarprofesional medis, mempermudah proses pembelajaran di bidang kesehatan, dan memberikan edukasi kepada khalayak. Namun, jalan yang Uti pilih tak selalu mulus. Ketika pertama kali memperkenalkan profesi ini di Indonesia pada 2015, respons yang ia dapatkan hampir nol.

Maklum saja, profesi ini masih sangat asing di Indonesia. Tapi itu tak mematahkan semangatnya. “Saya percaya bahwa profesi ini akan dibutuhkan ke depannya,” ujarnya.

Sambil menjalani pekerjaan utamanya, dia lantas membuka jasa freelance. Meskipun awalnya hanya ada satu klien, seiring waktu permintaan meningkat, mendorong Uti untuk membentuk tim dan akhirnya mendirikan Medimedi pada 2018.

Belakangan, Medimedi kini menjadi perusahaan inovatif yang tidak hanya menghasilkan ilustrasi medis tetapi juga animasi, video, hingga aplikasi/pengalaman berbasis teknologi extended reality (XR). Bahkan, Medimedi telah mengembangkan solusi XR untuk pelatihan medis yang melibatkan realitas virtual, augmented reality, hingga metaverse.

“Dulu saya bekerja sendiri, sekarang kami bergerak bersama sebagai tim. Dari freelance pribadi menjadi PT, dari ilustrasi sederhana menjadi berbagai produk teknologi kesehatan,” ujarnya penuh rasa syukur.

Pencapaian Medimedi pun semakin diakui. Pada 2022, mereka dianugerahi penghargaan Most Creative Idea dari Universitas Indonesia dan atas dukungan tim yang solid, Uti mendapatkan Gold Award dari Institute of Medical Illustrators, UK. Sebagai perusahaan yang berbasis ilmu, Medimedi memastikan kualitas produknya dengan melibatkan tim medis profesional.

Baca Juga  Jembatan Gantung Terpanjang Se-Asia Tenggara Sultan yang Mendunia di Sukabumi, Will Smith Pun Ikut Penasaran

“Kami mungkin satu-satunya penyedia XR di Indonesia yang memiliki medical board. Mereka memastikan semua karya kami secara ilmiah akurat dan sesuai standar medis,” jelasnya.

Uti juga tak lupa memikirkan masa depan. Medimedi tengah merancang pusat pelatihan kesehatan berbasis teknologi imersif yang dilengkapi dengan pasien dan tutor virtual berbasis AI. Selain itu, mereka berencana meluncurkan kursus online untuk mendemokratisasi pendidikan ilustrasi medis di Indonesia.

“Tidak semua orang punya kesempatan sekolah ke luar negeri, jadi kami ingin membuka akses pembelajaran ini bagi mereka yang ingin mendalami bidang ini,” katanya.

Perjalanan Uti Nilam Sari membuktikan bahwa passion dan keinginan untuk menciptakan perubahan bisa membuka jalan baru, bahkan di medan yang belum terpetakan. Dengan Medimedi, ia tidak hanya berlayar tanpa peta, tetapi juga menciptakan peta baru yang memandu generasi berikutnya menuju masa depan yang lebih cerah di bidang kesehatan, seni, dan teknologi. (far/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini