Sebastian Aldo Widjaya, Sinematografer Muda Indonesia yang Mendunia

UKIR PRESTASI: Sebastian Aldo Widjaya Sinematografer muda Indonesia sudah banyak menorehkan prestasi gemilang di dunia film internasional.

Sejak kecil Sebastian Aldo Widjaya sudah jatuh cinta pada dunia visual yang ia kenal melalui handycam milik sang ayah.

 

KETERTARIKANNYA pada film semakin mendalam ketika ia menemukan karya-karya dari sinematografer Christopher Doyle dan sutradara Wong Kar-Wai. “Kolaborasi mereka sangat berani dan penuh eksperimen. Filosofi ini selalu saya coba bawa ke semua proyek saya,” ujar Aldo.

Perjalanan Aldo di industri film dimulai pada tahun 2019 saat ia pindah ke Los Angeles untuk menimba ilmu. Selepas jenjang SMA, ia melanjutkan pendidikan ke ArtCenter College of Design dengan gelar Bachelor of Fine Arts in Film. Selama masa studi, bujang kelahiran 2000 itu juga aktif bekerja sebagai freelancer, terlibat dalam berbagai proyek seperti iklan, film pendek, hingga film panjang.

Salah satu proyek yang paling berkesan baginya adalah film pendek berjudul “Halo, Oma”. Selain menulis ceritanya sendiri, Aldo juga memberanikan diri terjun langsung sebagai sutradara. Katanya, ini sebagai penghormatan bagi mendiang Oma.

“Film ini sangat personal bagi saya. Di samping itu saya bisa bekerja dengan aktor dan kru asal Indonesia yang juga sedang berkarir di Los Angeles,” cerita Aldo. Tak salah jika “Halo, Oma” diganjar dengan kemenangan untuk berbagai awards dan tayang di beberapa film festival.

Baca Juga  Mudik Lebaran 2024, Mampir di Rest Area Km 754 Sidoarjo–Gempol Serasa di Mal, Gerai Baju Branded pun Ada

Nama besar Aldo juga dikenal lewat film pendek lainnya seperti Bomb Voyage yang berhasil memenangkan banyak penghargaan internasional sepanjang 2024, termasuk di IndieX Film Fest, Various Artists Independent Film Festival, San Pedro International Film Festival, East Bay Comedy Festival 2024, New York Lift-Off Film Festival, Los Angeles Lift-Off Film Festival, Too Drunk to Watch Punkfilmfest Berlin, dan Art All Night – Trenton: Film Festival.

Sementara karya lainnya berjudul Hikikomori semakin mengibarkan nama Aldo sebagai seorang Sinematografer muda. Di tahun yang sama, Hikikomori juga mendulang banyak penghargaan diantaranya di IndieX Film Fest, Independent Shorts Awards, New York International Film Awards, Hollywood Shortfest dan Silicon Beach Film Festival.

Tak ketinggalan proyek realitas virtualnya yang inovatif berjudul Dear Mom bahkan berhasil menjadi finalis di GSA BAFTA Student Film Awards untuk kategori Interactive Media Showcase. Sinematografer muda Indonesia itu berhasil membuktikan diri. Ia sudah banyak menorehkan prestasi gemilang di dunia film internasional.

Baca Juga  330 Pasangan yang Ikuti Isbat Nikah Massal di Surabaya, Ada Yang Ramai-Ramai Diantar 4 Anak dan 10 Cucu

Di usia 24 tahun, Aldo telah mengembangkan kariernya di Los Angeles, Amerika Serikat, pusat industri film dunia. Baginya, dukungan penuh keluarga menjadi penentu. Ayahnya yang seorang arsitek, selalu mendorongnya untuk menekuni dunia seni.

“Orang tua komitmen bekerja keras untuk membiayai pendidikan saya di luar negeri dan terus memotivasi saya agar tetap berusaha. Meskipun industri film terkadang penuh tantangan,” terang Aldo.

Kini, ia bertekad untuk membalas dukungan tersebut dengan terus menghasilkan karya yang membanggakan.

Bekerja di Los Angeles memberinya kesempatan untuk berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Ia menyebut pengalaman ini sebagai salah satu bagian terbaik dari kariernya.

“Setiap kali saya bertemu orang baru, saya selalu belajar tentang budaya mereka, dan saya antusias untuk berbagi sepotong budaya saya sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga  Koalisi Pengusung Sepakat Usulkan Sherly Tjoanda (Istri Almarhum) Benny Laos Pengganti di Pilgub Maluku Utara

Aldo selalu menghargai keberanian dan orisinalitas dalam seni. Baginya, keberanian berarti mencoba sesuatu yang baru dan unik, meskipun berisiko. “Terlalu banyak seniman yang hanya mengikuti aturan yang sudah ada. Saya selalu menghormati mereka yang berusaha membawa sesuatu yang segar dalam karya mereka,” kata Aldo.

Saat ini, Aldo tengah menjajaki ide-ide yang menggabungkan sinematografi tradisional dengan teknologi baru. Ia juga ingin berkolaborasi dengan lebih banyak suara dari berbagai latar belakang untuk menceritakan kisah-kisah yang belum pernah terdengar sebelumnya.

Harapannya, suatu hari ia dapat membawa ilmu yang telah ia pelajari di Amerika Serikat kembali ke Indonesia dan berkontribusi pada industri film tanah air. Kepada calon sinematografer, Aldo berpesan untuk terus belajar dan bereksperimen.

“Teknologi dan teknik selalu berubah tapi inti dari pekerjaan kita tetap sama: menceritakan kisah melalui gambar. Tetaplah setia pada visi kalian sambil terus beradaptasi, karena di situlah keajaiban terjadi,” tutup Aldo. (jpg)

Bagikan:

Berita Terkini