#KAMIBERSAMASUKATANI: Lagu ”Bayar Bayar Bayar” Menggaung di Laga Final Liga 2

PUNK DAN IDEOLOGI: Personel Sukatani, Muhammad Syifa Al Luthfi (kanan) dan Novi Citra Indriyati. Lirik lagu-lagu mereka lugas dan mengangkat isu-isu sosial.  

Melawan Bhayangkara FC di final Liga 2, para suporter PSIM Jogjakarta berencana menjadikan lagu band Sukatani ”Bayar Bayar Bayar” sebagai chant. Dalam skripsinya, sang vokalis, Novi Citra Indiyati, menulis, punk itu tentang ideologi, bukan soal penampilan dan atribut diri.

 

FARID S. MAULANA, Surabaya

 

SUKATANI bakal ”hadir” di final Liga 2 yang mempertemukan PSIM Jogjakarta dengan Bhayangkara FC.

Pada duel di Stadion Manahan, Solo, Rabu (26/2) mendatang itu, band yang tengah menuai dukungan karena diduga diintimidasi polisi gara-gara lagu ”Bayar Bayar Bayar” tersebut akan ada di tengah tribun dan para suporter.

Tidak dalam bentuk penampilan band beranggotakan Muhammad Syifa Al Luthfi (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis) tersebut di panggung musik. Melainkan lewat gaungan ”Bayar Bayar Bayar” yang siap dinyanyikan para suporter PSIM. Juga, melalui matchgazine, rilisan cetak dengan logo Sukatani di pojok.

“Matchgazine dalam proses penerbitan untuk di bagikan saat final,” kata Dimaz Maulana, inisiator Bawah Skor Mandala, komunitas pengarsipan sejarah sepak bola Jogjakarta, lebih khususnya PSIM.

Kebetulan lawan di final adalah Bhayangkara FC, tim milik polri. ”Bayar Bayar Bayar” membuat gerah Korps Bhayangkarara karena isinya mengkritik tajam perilaku ”offside” anggota kepolisian.

Di berbagai platform media sosial, akun-akun milik supporter PSIM sudah menjanjikan akan menjadikan lagu yang merupakan bagian dari album “Gelap Gempita” rilisan 24 Juli 2023 tersebut sebagai chant. “Terkait hal (menyanyikan “Bayar Bayar Bayar”) itu nanti akan kami bahas di forum dengan kawan- kawan. Tapi, secara pribadi saya bersama Sukatani,” kata Thomas Widiyantoro, salah seorang perwakilan The Maident, salah satu kelompok supporter PSIM, kepada Jawa Pos yang menghubunginya dari Surabaya Minggu (22/2).

Baca Juga  Herjun Atna Firdaus, Pembalap AHRT Ketiga Juara di Kelas AP250

Angkat Isu Sosial

Apa yang akan dilakukan para suporter PSIM itu hanya satu dari sederet bentuk dukungan kepada Sukatani setelah mereka merilis video permohonan maaf kepada kapolri dan polri atas lagu “Bayar Bayar Bayar” pada Kamis (20/2) lalu. Banyak yang meyakini ada intimidasi empat personel Polda Jawa Tengah yang menyatroni Syifa dan Novi di Banyuwangi sepulangnya mereka dari Bali.

Punk, genre yang dimainkan Sukatani, memang identik dengan lirik-lirik lugas berisi kritik sosial atau anti-kemapanan. Coba simak tujuh lagu Sukatani lainnya di ”Gelap Gempita”, isinya beragam, tak Cuma siletan kepada perilaku tak senonoh anggota kepolisian. Di lagu ”Gelap Gempita” yang juga menjadi nama album, misalnya, mereka bicara soal keserakahan dan ketidakadilan.

“Di dalam otak mereka hanyalah kekuasaan. Di dalam hati mereka tak ada kepuasan. Di dalam cara mereka terpampang kedzaliman. Di dalam harap mereka Cahaya kemenangan.”

Dalam “Realitas Konsumerisme”, Syifa dan Novi mengkritik perilaku konsumtif. “Kehidupan dihadapkan banyak keinginan. Keinginan tak ubahnya ujian. Kredit cicilan dan hutang tanpa ada urgensi. Kaji ulang dan dipikir lagi.”

Baca Juga  Mengenal Anabul Kootie, Kucing Persia yang Bawel Ngoceh ”Makan” Tiap Lapar

Dalam skripsinya di IAIN Purwokerto yang bertajuk ”Pengambangan Bakat Seni Musik Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Musik di MIN Purwokerto”, Novi, seperti dikutip dari akun X Lantip, juga menulis kalau punk itu ideologi. Bukan soal penampilan dan atribut diri.

Ada ideologi berarti ada nilai yang diperjuangkan. Syifa dalam sejumlah kesempatan juga menyebut, yang mereka kritik dalam ”Bayar Bayar Bayar” adalah perilaku melanggar sejum lah anggota kepolisian, bukan institusi secara keseluruhan.

Karena itu, mengherankan kalau kemudian Polda Jawa Tengah kebakaran jenggot dan sampai harus mengirim empat personel mereka sampai nun ke Banyuwangi di ujung timur Pulau Jawa. Apalagi, Kapolri Jendera Listyo Sigit Prabowo sudah menyatakan kepolisian tidak antikritik.

“Dalam menerima kritik, tentunya kami harus legawa dan yang penting ada perbaikan, dan kalau mungkin ada yang tidak sesuai dengan hal-hal yang disampaikan, bisa diberikan penjelasan,” ucapnya di Jakarta pada Jumat (21/2), seperti dikutip dari Antara.

Mengenai permintaan maaf dari Sukatani terkait lagu Bayar Bayar Bayar, Kapolri Sigit menduga ada miskomunikasi. “Tidak ada masalah. Mungkin ada miss, tapi sudah diluruskan,” ucapnya.

Dari Surabaya, basis band punk Blingsatan Dwi Budi Dharma Arief menyebut, jika ada karya dilarang, justru akan meluas dampaknya. “Lewat karya, kekritisan itu justru jadi makin indah,” katanya.

Baca Juga  Cerita Udin Irchamna Jadi Anggota DPRD Ponorogo Hanya dengan Hasil 78 Suara

Sebagai musisi yang pernah mendapatkan perlakukan yang nyaris serupa dengan Sukatani. Arief sepenuhnya berdiri bersama koleganya dari Purbalingga itu. “Kami pernah dilarang main di Surabaya, pernah diminta wajib lapor. Tapi, kami tetap berkarya, tetap bersuara,” ucapnya.

Wakil Bupati Purbalingga Dimas Prasetyahani juga mendukung Sukatani untuk terus berkesenian dan menyampaikan kritik. Catatan darinya, asalkan kritikannya membangun. “Selama kritik itu membangun, ya sah-sah saja. Jangan sampai membungkam masyarakat yang kritis terhadap kelembagaan maupun instansi yang ada di negara ini,” katanya, seperti dikutip dari Antara.

Jaminan Keamanan

Tagar #KamiBersama Sukatani terus menuai dukungan di platform media sosial, terutama X. Berbagai kalangan mengecam dugaan intimidasi polisi, meski sejumlah petinggi Korps Bhayangkara itu bersikeras menampik. Kabidhumas Polda Jateng Kombespol Artanto menegaskan tak ada larangan Sukatani menampilkan ”Bayar Bayar Bayar” yang sudah kadung ditarik dari platform digital di panggung-panggung musik.

Divpropam Polri, selain mengabarkan diperiksanya empat personel Polda Jateng yang menyatroni, juga menjamin keamanan per sonel Sukatani. Jadi, semoga Syifa dan Novi bisa lebih tenang. Sudah ada jaminan keamanan dari polisi. Dan, kali ini tak perlu membayar. (*/ttg/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini