Emir M. Kassidy menghafal Alquran dengan cara mendengar dan mengulangi. Sekarang mahasiswa semester keempat itu juga mulai bisa merespons pembicaraan, meski masih sangat terbatas.
ZIKRINIATI ZN, Pariaman
SEKILAS tak ada yang berbeda dengan Emir M. Kassidy. Memiliki fisik yang sehat. Namun, bila diajak bicara, barulah bisa diketahui bahwa dia terlahir sebagai anak ”istimewa”.
Dia anak berkebutuhan khusus (ABK), persinya seorang penyandang autisme. Meskipun demikian, anak ketiga pasangan Kasmizal (almarhum) dan Lenggogeni itu kini tengah menempuh pendidikan tinggi di Institut Agama Islam Sumatera Barat (Sumbar).
Emir memiliki kelebihan: penghafal Alquran 30 juz. Pada 2023, nama Kota Pariaman, Sumbar, dia harumkan dengan meraih juara II Hifzil Quran (kegiatan menghafal Alquran secara berulang-ulang hingga dapat diucapkan dengan baik tanpa melihat, Red) pada MTQ tingkat Sumbar.
Dilatih sang Ibu
Kepada Padang Ekspres belum lama ini, Lenggogeni bercerita, putranya telah menghafal Alquran sejak usia dini. Saat itu dia mendaftarkan putranya ke sekolah khusus autis. Di situ Emir menjalani terapi wicara dan terapi lainnya.
Emir menghafal Alquran dengan cara mendengar dan kemudian mengulangi. Di rumah mereka, satu per satu Lenggo membacakan ayat, lalu Emir mengulangi. Begitu seterusnya.
Ternyata Emir bisa menghafal ayat demi ayat dengan mudah. Lenggo pun mengikutkan sang buah hati mengaji di TPA (Taman Pendidikan Alquran) yang tak jauh dari rumah mereka di Kampung Baru, Pariaman.
Pada satu waktu, oleh sang pembimbing, Emir didaftarkan ikut MTQ tingkat kecamatan bidang Haifz Quran. Emir berhasil juara.
Lenggo pun makin bersemangat membimbing. Hingga umur 12 tahun, Emir telah menghafal 7 juz. Tamat SMP, hafalannya bertambah menjadi 12 juz.
Puncaknya ketika pandemi Covid-19. Karena banyak belajar daring, seorang guru pembimbing Alquran menyarankan Lenggo membeli speaker murottal. Setiap saat murottal 30 juz dia stel di dekat Emir.
“Masya Allah, Emir jadi lebih cepat menghafal dibandingkan ketika saya bacakan. Kurang dari waktu 1 tahun, Alhamdulillah Emir sudah hafal 30 juz,” ujarnya.
Untuk mempertahankan hafalan 30 juz, Lenggo menyebut anaknya rutin setiap selesai salat Subuh dan Maghrib murajaah atau mengulang hafalan. Minimal 1 juz setiap hari.
Satu juz sekitar 10 lembar. Anak ketiga dari tiga bersaudara itu membaginya menjadi dua. Lima lembar setelah Subuh, lima lembar lagi sesudah Maghrib. Menurut Lenggo, dia belum pernah mendengar Emir mengeluh atau malas mengulang hafalannya.
Padahal, sama dengan remaja lain, Emir juga memiliki ponsel dengan berbagai aplikasi. Tapi, Emir tetap bisa mengatur waktu untuk mengulang hafalan Alquran setiap hari.
Merespons Pembicaraan
Yang juga membuat hafalan Emir semakin terjaga karena dia juga menjadi imam di Masjid Adam Sorin, Kota Pariaman. Selain menghafal Alquran, Emir sejak beberapa bulan terakhir juga tertarik menghafal terjemahan kitab suci umat Islam tersebut.
Mahasiswa semester keempat jurusan Ilmu Tafsir dan Al Quran itu kini telah menghafal terjemahan satu juz Alquran, yakni juz 30. “Alhamdulillah selain perkembangan hafalan Alquran, Emir secara pribadi juga mulai berkembang. Perlahan dia mulai bisa merespons pembicaraan dengan lawan bicara, meski sangat terbatas,” kata Lenggo.
Emir juga sudah bisa bepergian sendirian meski masih sebatas pulang pergi kampus. Selama ini, sejak kecil hingga mulai kuliah, Lenggo selalu mendampingi sang anak ke manapun. Termasuk ke sekolah.
“Kalau tak saya dampingi, saya khawatir orang tak paham dengan cara berkomunikasi Emir hingga akhirnya memicu salah paham,” katanya.
Lenggo mengaku bersama Emir tengah menabung untuk mewujudkan keinginan mereka berdua: umrah. Perjuangan yang tidak mudah karena sebagai orang tua tunggal, Lenggo hanya mengandalkan uang pensiun almarhum suami yang dulu berprofesi guru untuk membiayai kehidupan sehari-hari. “Semoga kami bisa mewujudkan impian ke Tanah Suci,” katanya. (*/ttg/jpg)