Berkuliah, mengikuti kursus daring, dan mengambil bootcamp teknologi informasi dilakukan Tatiana Lisdasari untuk bangkit dari depresi. Deborah Tech yang dia dirikan secara konsisten menyumbangkan 10 persen dari pendapatan perusahaan kepada institusi keagamaan dan panti asuhan.
DINDA JUWITA, Jakarta
SEPULUH tahun lalu, Tatiana Lisdasari seperti harus dipaksa menerima kenyataan bahwa dia sebatas membantu orang tua berjualan di warung. Padahal, perempuan asal Jember, Jawa Timur, itu sadar betul passion-nya tidak di situ.
Dia lantas memutuskan merantau ke Surabaya untuk menjajal sejumlah pekerjaan, namun gagal. Ia lantas berpindah ke Malang.
“Dapat pekerjaan jadi sales pinjaman online (pinjol), tapi jujur berat sekali harus keliling dari satu kampus ke kampus lain untuk menawarkan pinjaman ke mahasiswa,’’ ujarnya saat berbincang dengan Jawa Pos pada Jumat (25/4).
Bekerja di bidang yang tidak dia cintai, berada dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan, dan tanpa ruang untuk berkembang turut memicu depresi. Orang tua mendukung penuh. Berkonsultasi dengan ahli juga dia lakukan.
“Saat itu diharuskan mengonsumsi obat selama beberapa tahun untuk meredam depresi. I had no choice (saya tak punya pilihan),” imbuhnya.
Di tengah kemelut itu, sejenak ia memutuskan menarik diri dari dunia kerja dan mulai bertanya pada dirinya sendiri: apa yang sebenarnya dia inginkan? Roda terus berputar, perlahan dan berliku, sampai akhirnya Tatiana mulai menemukan titik balik.
Selain keluarga, perempuan yang berulang tahun setiap 27 Juni itu banyak dibantu komunitas di gereja. Ia jadi tak pernah merasa sendirian.
Terus Menambah Ilmu
Mata Tatiana juga jadi kian terbuka, dia terus berusaha memperbaiki diri. “Saya ikut berbagai pelatihan sampai dapat 88 sertifikasi,” tuturnya.
Ia mengambil kursus daring, mengikuti bootcamp teknologi informasi, sempat menempuh studi di universitas, dan memperluas jejaring profesional. Bahkan, saat menginjak usia 29 tahun, dia tak merasa gengsi untuk mulai bekerja sebagai pekerja magang di perusahaan asing.
Saat diterima magang di sebuah perusahaan artificial intelligence (AI), ia sekaligus belajar bagaimana cara kerja sebuah perusahaan start-up. Bersama tim, ia beralih membuat sebuah agency website application.
Mereka mulai mendapatkan berbagai klien untuk proyek custom website dan aplikasi mobile seluler. Klien-kliennya juga lintas negara, terutama dari Taiwan, Singapura, dan Malaysia.
Perlahan tapi pasti, kemampuan Tatiana pun terus berkembang. Beberapa kesempatan baru turut menghampiri. “Saya lantas ditawari untuk menjadi CEO di perusahaan asing, memimpin orang-orang dari berbagai negara. Saya memimpin perusahaan melakukan penetrasi pasar di Indonesia dengan bekerja secara remote,” katanya.
Dia memimpin tim multinasional, terutama Ukraina, untuk mencapai target perusahaan yang bernama Hydromarket Indonesia. Perusahaan yang ia bangun tidak hanya menjadi tempat kerja yang inklusif dan suportif.
Sambil berjalan, Tatiana juga mendirikan Deborah Tech. Di perusahaan yang ia rintis itu juga, nama Tatiana lebih dikenal dengan Deborah Huda, yang merupakan nama baptisnya.
Edukasi Klien
Deborah Tech berfokus pada visi dan misinya untuk mengedukasi klien tentang dunia teknologi. Kliennya pun bervariasi, mulai perusahaan besar hingga usaha kecil dan menengah.
Salah satu nilai utama yang selalu dipegang teguh adalah transparansi. Deborah menekankan pentingnya perusahaan untuk tidak hanya memberikan solusi teknologi, tetapi juga mendidik klien mereka.
“Kami tidak ingin membuat klien merasa bodoh, tapi kami ingin mengedukasi mereka,” imbuh pencetus platform Kitakerjaremote itu.
Sepak terjangnya pun mendapatkan pengakuan. Deborah Huda masuk jajaran penghargaan Icons of Change Awards 2025 yang digelar di Manila, Filipina. Ajang tersebut memberikan pengakuan kepada para pelopor yang menciptakan berbagai perubahan yang berdampak dan berkelanjutan.
“Sebetulnya accomplishment itu semua bukan karena I deserve it, tentu saya bersyukur, tetapi ini semua lebih kepada penyertaan Tuhan dalam hidup saya,” jelas perempuan 33 tahun itu.
Sebagai perusahaan yang berlandaskan nilai-nilai keimanan, Deborah Tech secara konsisten menyumbangkan 10 persen dari pendapatan perusahaan kepada institusi keagamaan dan panti asuhan. Dalam waktu dekat, Deborah juga ingin melahirkan sebuah wadah pengembangan karier bernama Tech Career Reinvention Day.
“Aku ingin buat sesuatu yang membantu orang-orang yang terkena layoff. Jadi, dalam satu hari itu mereka diajak untuk membuat perkembangan agar karier ke depan lebih baik,” jelas dia.
Dari jatuh bangun yang dialami dalam satu dekade terakhir, Tatiana mendapat banyak pelajaran dan hikmah. Salah satunya: perubahan besar selalu datang dari keberanian untuk melangkah.
Ia juga tak pernah melupakan orang-orang sekitar yang bisa jadi mengalami kesulitan yang pernah dialaminya dulu. “Buat teman-teman yang merasa persoalan mental health atau dari segi karier masih jauh dari orang lain, it’s okay kok. Yang penting kita tetap berusaha, meyakini bahwa hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Itu saja sudah lebih dari cukup kok,” katanya. (*/ttg/jpg)