Tak Hanya Lincah, KRI Belati-622 Mampu Tembak Pesawat dan Drone Udara

KRI Belati-622 bersandar di Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakut pada Jumat (24/10). Kapal perang tersebut resmi memperkuat armada TNI AL.

Sebagai negara maritim yang memiliki wilayah perairan sangat luas, TNI AL butuh banyak kapal untuk mencapai angka ideal.

 

Sebagai kapal perang baru TNI AL, KRI Belati-622 dibekali kemampuan dan sistem senjata terkini. Tidak hanya lincah karena jenisnya adalah Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter, alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut juga memiliki sistem senjata yang bisa digunakan untuk menembak pesawat dan drone udara.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Muhammad Ali menjelaskan kemampuan kapal perang buatan dalam negeri itu saat diwawancarai oleh awak media di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut), pada Jumat (24/10). Dia menyatakan bahwa kapal tersebut memang dilengkapi sejumlah peralatan kekinian.

“Kemampuannya cukup baik dan juga terintegrasi dengan radar-radar senjata. Sehingga dia mampu menembak pesawat maupun menembak drone. Kaliber meriamnya adalah 40 milimeter,” ucap Ali.

Berdasar data dari TNI AL, pada kapal perang itu sudah disematkan Combat Management System (CMS) dengan sistem senjata surface to surface missile Roketsan Atmaca, meriam 40 milimeter Leonardo Marlin 40 RC, dan meriam 20 milimeter. Kapal yang diawaki oleh 62 prajurit itu mampu melaju dengan kecepatan hingga 30 knots.

Baca Juga  Kisah Inspiratif Hendri Alejandro Memajukan UMKM Kampung Halamannya, hingga Raih Rekor MURI

“Sebenarnya kapal ini juga sudah digunakan pada saat sailing pass, 2 Oktober kemarin di Teluk Jakarta. Kemampuannya sudah cukup menggembirakan,” ucap Ali.

Meski sudah terlibat dalam sailing pass yang dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto, secara resmi KRI Belati-622 masuk ke dalam jajaran armada TNI AL mulai hari ini. Persisnya setelah kapal itu diserahkan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) kepada TNI dan TNI AL. Selanjutnya, kapal itu akan ditugaskan untuk melaksanakan operasi di wilayah Komando Armada (Koarmada) III.

“KRI ini adalah buatan dari putra-putri bangsa kita sendiri, dari PT Tesco Indomaritim yang ada di Marunda. Jadi, ini produksi dalam negeri dan beberapa minggu yang lalu kami laksanakan shipnaming di Pantai Mutiara. Dalam waktu beberapa minggu saja langsung dilaksanakan delivery,” ungkap Ali.

Baca Juga  Cara Pendongeng dari Teman Tuli Sampaikan Dongeng yang Dilatih Kumpul Dongeng Surabaya

Ali juga menyampaikan bahwa jika merujuk angka ideal, setidaknya harus ada 300 lebih kapal TNI AL.

“Kalau untuk menjaga, untuk mencegah penyelundupan saja, untuk kegiatan keamanan laut itu belum cukup,” ucap Ali.

Namun demikian, Angkatan Laut Indonesia tetap berusaha maksimal dengan kapal dan alat utama sistem persenjataan yang dimiliki saat ini. Patroli tetap dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Bersamaan dengan itu, penguatan dan penambahan alutsista juga dilaksanakan.

“Betul, jadi ini memang pertambahan dan modernisasi kekuatan. Laut kita kan luas. Karena kita ini panjang pantainya kedua terbesar di dunia,” kata Ali.

Untuk itu, dibutuhkan penambahan dan penguatan armada kapal perang TNI AL. Salah satunya dilakukan melalui pengadaan Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan). Terbaru, KRI Belati-622 yang masuk ke jajaran kapal perang Angkatan Laut Indonesia.

Baca Juga  Taman Nasional Komodo Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Rombongan Turis AS Batal ke Labuan Bajo

Menurut Ali, penambahan kapal dibutuhkan oleh TNI AL karena Indonesia berada di negara tropis. Berbeda dengan Kanada dari sisi letak geografis yang lebih dekat ke kutub. Sementara Indonesia, berada di jalur pelayaran. Setiap hari ada banyak kapal asing melintas dan keluar masuk.

“Jadi tantangannya sangat berbeda. Kita kegiatan penyelundupannya bisa masuk dari mana-mana, dari pantai mana pun. Makanya kami butuh kapal banyak dan kami butuh integrasi dengan kolaborasi serta sinergi seluruh unsur maritim lainnya. Kami tetap butuh kapal banyak, terutama kapal patroli. Banyak, (idealnya) lebih dari 300,” ujarnya.

Apalagi bila melihat visi TNI AL untuk menjadi green water navy dan menuju blue water navy. Dengan tujuan pembangunan Angkatan Laut ke arah tersebut, TNI AL butuh banyak kapal. Termasuk kapal perang besar dengan berbagai jenis. Salah satunya kapal induk yang belakangan ramai dibicarakan lantaran sudah ada keinginan akuisisi kapal induk dari Italia. (jpg)

Bagikan:

Berita Terkini