Suasana siang di SMA Negeri 1 Gedangan, Sidoarjo, kini terasa berbeda sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai bergulir sebulan terakhir. Setiap kali bel istirahat berbunyi, para siswa langsung berhamburan menuju kantin sekolah dengan wajah antusias dan perut lapar yang siap disambut hidangan bergizi.
BAGI sebagian siswa, program ini menjadi momen yang mereka tunggu setiap hari. Tak sedikit yang datang ke sekolah dengan sengaja belum sarapan agar bisa menikmati menu MBG yang disiapkan khusus untuk mereka.
Guru-guru tampak sibuk memeriksa kebersihan makanan sebelum dibagikan, memastikan setiap porsi aman dan layak dikonsumsi.
Di tengah kesibukan itu, Kepala SMA Negeri 1 Gedangan Dr. Imam Jawahir, S.Pd MM, tersenyum melihat keceriaan siswanya.
Ia menilai program MBG membawa dampak nyata bagi sekolah dan keluarga siswa. Menurutnya, MBG bukan sekadar program makan gratis, tetapi juga sarana pendidikan karakter dan kemandirian.
“MBG ini sangat bermanfaat untuk membantu anak-anak, memotivasi mereka, sekaligus menggairahkan semangat belajar,” ujar Imam dengan penuh semangat kepada JawaPos.com, Jumat (24/10).
Ia melihat perubahan nyata dalam disiplin dan antusiasme siswanya sejak program ini berjalan.
Menurutnya, kehadiran MBG membuat anak-anak datang ke sekolah lebih tepat waktu. Mereka tak lagi terburu-buru menyiapkan sarapan di rumah, dan para orang tua pun mendapat keringanan waktu serta biaya.
“Dengan adanya MBG ini, biaya perjalanan sekolah menjadi lebih ringan,” jelasnya. Imam juga menekankan pentingnya memanfaatkan penghematan itu secara bijak untuk masa depan anak.
Ia mengimbau para orang tua dan siswa agar uang yang sebelumnya digunakan untuk bekal bisa ditabung. Tabungan tersebut, kata Imam, bisa menjadi modal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah.
“Dengan demikian kita membelajarkan anak-anak hidup hemat,” ujarnya. Ia berharap kebiasaan kecil itu bisa menumbuhkan kesadaran finansial dan tanggung jawab sejak dini.
Selain itu, Imam juga menekankan pentingnya rasa syukur dalam menjalani program ini. Menurutnya, anak-anak perlu diajari menghargai setiap makanan yang disediakan, tanpa mengeluh atau membandingkan.
“Apapun makanan yang ada ini, kita nikmati. Kalau pun bukan seleranya, bisa diberikan ke temannya, tidak perlu diunggah ke media sosial,” katanya. Ia ingin siswa-siswinya belajar menghargai setiap rezeki yang diterima.
Baginya, sikap syukur akan memperluas rezeki dan membentuk karakter positif. Anak-anak yang bersyukur, lanjutnya, akan lebih mudah menerima perbedaan dan lebih bahagia dalam belajar.
Program MBG di SMA Negeri 1 Gedangan telah berjalan sejak awal September lalu. Artinya, lebih dari satu bulan para siswa menikmati sajian bergizi setiap hari sekolah.
Menurut Imam, sejauh ini pelaksanaan berjalan lancar tanpa kendala berarti. Ia bersyukur seluruh proses distribusi dan penyajian makanan dilakukan dengan hati-hati dan higienis.
“Anak-anak merasa senang, menikmati makanan dengan riang,” tuturnya. Ia menilai MBG berhasil menciptakan suasana sekolah yang lebih hidup dan berenergi.
Meski begitu, Imam tetap mengingatkan agar semua pihak berhati-hati dan waspada dalam pelaksanaan program ini. Ia berharap seluruh pengelola MBG di daerah manapun selalu menjaga standar kebersihan dan keamanan pangan.
“Kami berdoa semoga pengelola MBG semuanya sehat, lancar, tidak ada kendala,” katanya. Ia juga berharap tidak ada kasus atau permasalahan seperti yang sempat muncul di beberapa daerah lain.
Imam menilai MBG membawa dampak sosial yang besar, terutama bagi keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Banyak orang tua yang merasa terbantu karena tak perlu lagi menyiapkan uang jajan atau bekal setiap hari.
Selain meringankan beban ekonomi, program ini juga menumbuhkan kebersamaan di lingkungan sekolah. Makan bersama menjadi momen interaksi positif antara siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
Di mata Imam, nilai-nilai kebersamaan itu sejalan dengan semangat pendidikan karakter yang selama ini digencarkan sekolah. Ia percaya pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga soal empati dan rasa berbagi.
Guru di SMA Negeri 1 Gedangan pun ikut berperan aktif. Mereka memastikan kualitas makanan tetap terjaga dan ikut mengawasi jalannya pembagian agar adil dan tertib.
Guru-guru juga menjadi teladan bagi siswa dalam bersikap terhadap makanan. Mereka mencontohkan bagaimana menghormati makanan, menjaga kebersihan, dan tidak membuang-buang.
Kehadiran MBG juga membuat suasana sekolah lebih semangat setiap pagi. Anak-anak datang dengan wajah ceria, tidak lesu seperti sebelumnya karena belum sarapan.
Imam mengaku senang melihat perubahan itu. Ia merasa program MBG tidak hanya memberi energi fisik, tetapi juga energi moral bagi seluruh komunitas sekolah.
Dari sisi akademik, ia mulai melihat peningkatan konsentrasi belajar siswa di kelas. Anak-anak yang sebelumnya sering mengantuk atau sulit fokus kini tampak lebih aktif dan responsif.
Selain manfaat pendidikan, Imam juga menilai MBG sebagai wadah pembelajaran sosial. Anak-anak belajar berbagi, bersyukur, dan menghormati pekerjaan orang lain yang menyiapkan makanan mereka.
Menurutnya, itu bagian dari pendidikan karakter yang penting untuk kehidupan masa depan. Sekolah tidak hanya mencetak siswa pintar, tapi juga manusia yang berempati dan peduli.
Di tingkat nasional, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) berkomitmen memperluas jangkauan MBG ke daerah lain.
Program ini dirancang agar setiap siswa di berbagai wilayah mendapat akses makanan sehat yang setara.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menegaskan kolaborasi dengan platform digital akan mempercepat distribusi makanan.
Kemkomdigi siap menjadi penghubung antara ekosistem digital dan pelaksana program di lapangan.
“Kementerian Komdigi siap menjadi penghubung untuk mendorong sinergi antara platform digital dan ekosistem kami, sehingga program ini dapat menyasar daerah-daerah yang membutuhkan,” ujar Meutya.
Ia yakin digitalisasi akan memperkuat transparansi dan efektivitas program MBG.
Langkah pemerintah ini disambut baik oleh kalangan pendidikan. Kepala SMA Negeri 1 Gedangan berharap perluasan program bisa menjangkau lebih banyak sekolah, terutama di daerah dengan tingkat ekonomi rendah.
“Semoga anak-anak di daerah lain juga bisa merasakan manfaat yang sama,” ujar Imam. Ia percaya MBG akan menjadi investasi besar bagi masa depan bangsa jika dijalankan dengan konsisten dan penuh tanggung jawab.
Baginya, pendidikan dan gizi tidak bisa dipisahkan. Anak yang cukup gizi akan lebih siap belajar, dan anak yang rajin belajar akan membawa perubahan positif bagi keluarganya.
Melalui MBG, SMA Negeri 1 Gedangan bukan hanya membantu ekonomi orang tua, tapi juga menanamkan nilai-nilai kemandirian dan rasa syukur.
Program ini menjadi bukti nyata kebijakan yang sederhana bisa membawa dampak besar jika dijalankan dengan hati. (jpg)