Dum…Duuum…Duuum…dentum suara mesin otomatis pemisah protein setinggi 20 meter menggetarkan kaca pabrik susu paling canggih di dunia, FEIHE. Di perbatasan Tiongkok-Rusia, tepatnya di kota Qiqihar, pabrik itu mengolah susu sapi asli menjadi susu bubuk tanpa gula hanya dalam waktu dua jam. Berkat inovasi dan kecanggihannya, FEIHE mendapatkan penghargaan emas dari World Food Quality Appraisal Conference, award yang juga dikenal sebagai ”Nobel” dalam industry makanan.
HENDRA EKA, Beijing, Tiongkok
DI sebuah ruangan khusus beratapkan baja, 12.000 sapi holstein antre untuk diperas susunya. Sambil mendengarkan musik, dengan tertib satu persatu sapi-sapi itu masuk sendiri tanpa arahan dari operator ke sebuah jembatan berbentuk lingkaran. Begitu selesai diperah, sapi berjalan pelan ke arah pintu keluar.
Hanya ada satu orang operator yang mengawasi. Jika lampu hijau masih menyala, artinya susu masih bisa diperah, namun jika lampu berubah jadi kuning, tandanya pemerahan telah usai. Dalam sehari, pabrik yang berada di zona emas sumber susu dunia 47° lintang utara ini bisa menghasilkan 300 ton susu sapi segar.
“FEIHE melakukan riset dan penelitian selama belasan tahun agar bisa mengubah susu sapi cair murni menjadi bubuk dalam waktu dua jam. Ini kami lakukan agar gizi dan nutrisinya tidak banyak hilang,” ujar Yang Zhengwu, Technical Manager FEIHE saat ditemui Jawa Pos pekan ketiga Mei kemarin.
Selama ini, menurut Yang, rata-rata pengolahan susu sapi cair menjadi bubuk di dunia memakan waktu yang cukup panjang. Proses yang lama ini menyebabkan banyak kandungan nutrisi dalam susu menjadi rusak atau bahkan terbuang, selain itu terdapat perubahan rasa, aroma, dan warna bubuk susu sehingga terasa tidak seperti susu segar.
Yang dan timnya membuat mesin pemerah susu yang juga diklaim paling canggih sedunia. Mesin ini juga meraih penghargaan medali emas dari Asosiasi Pertanian Jerman. “Peternakan kami menggunakan mesin pemerah otomatis ganda pertama di dunia. Ini sangat efektif dan higienis,” jelas Yang.
Peningkatan gizi dan nutrisi memang menjadi salah satu fokus pemerintah Tiongkok untuk menaikkan populasi, kualitas kesehatan, serta fisik warganya. Di Beijing, Deputy Director of the Early Childhood Development Committee of the Chinese Association for Improving Birth Outcome and Child Development (CAIBOCD), dr. Jiang Jingxiong menjelaskan betapa pentingnya meningkatkan kualitas gizi anak-anak dan ibu hamil.
Ia juga mendapatkan banyak request dari sejumlah orang tua yang ingin anaknya lebih tinggi dan kuat. “Kami meneliti selama puluhan tahun mengenai umur tulang, berat badan, tinggi badan, dan faktor lingkungan. Hasilnya, pertumbuhan rutin tinggi anak pada usia 1-3 tahun bisa mencapai antara 7-9 cm,” paparnya.
Jiang pun memaparkan jika usia tulang anak-anak di Tiongkok bisa lebih muda daripada umurnya. “Bisa dua tahun lebih muda (umur tulang), jika memperhatikan dengan teliti gizi dan nutrisi serta rutinitas berolahraga joging, bersepeda, dan lompat tali,” ungkapnya dalam seminar Caring for the First 1000 Days of Life.
Dampak penelitian ini kini dapat dilihat langsung. Menurut laporan mengenai nutrisi dan penyakit kronis yang dirilis oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada tahun 2020, rata-rata tinggi badan pria Tiongkok meningkat sekitar 16,2 sentimeter selama 35 tahun terakhir. Sebagai contoh, rata-rata tinggi badan anak laki-laki usia 9 tahun meningkat dari 122 cm pada tahun 1982, menjadi 138,2 cm pada tahun 2017.
Sedangkan untuk remaja perempuan, saat ini rata-rata tingginya adalah 163,5 sentimeter. Jika melihat langsung di Beijing, fisik remaja-remaja Tiongkok ini memang menjulang tinggi dan memiliki bentuk badan yang ideal dibandingkan para warga sepuh di kota itu.
Program 1000 hari pertama kehidupan memang menjadi agenda penting pemerintah Tiongkok. Selain memonitor pemberian nutrisi untuk pertumbuhan remajanya, Tiongkok tak lupa juga memperhatikan para tenaga kesehatan di rumah sakit yang membantu ibu dalam menjaga kehamilan serta persalinan.
Jun Liu, perawat di rumah sakit Universitas Peking, membeberkan jika ia mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah saat ini. Setiap tahunnya, pemerintah Tiongkok melakukan pelatihan gratis untuk seluruh perawat agar bisa lebih mahir dalam membantu dan mengawasi ibu hamil.
Tiongkok juga membebaskan biaya medical checkup, serta memberikan subsidi dan donasi untuk ibu hamil di daerah kurang mampu. “Target kami adalah menekan angka kematian bayi, setidaknya berkurang hingga 12 persen,” papar Liu.
Ambisi Liu memang telah menjadi topik darurat nasional dalam beberapa tahun terakhir. Tiongkok diprediksi akan mengalami penyusutan populasi yang signifikan. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, penduduk di negeri panda ini menyusut tujuh persen atau sebanyak 493.000 orang pada tahun 2024 ini.
Dilansir oleh situs World Population Review, puncak pengurangan disinyalir akan terjadi pada tahun 2099. Penduduk Tiongkok diperkirakan akan berkurang hingga 11,17 persen atau setara dengan 610 jutaan jiwa.
Seluruh kekuatan saat ini telah dikerahkan oleh negara yang dipimpin Xi Jinping ini. Presiden dari Partai Komunis yang juga merupakan pemimpin terpenting Tiongkok sejak 2012 ini membuat program makan gratis yang diberikan untuk anak-anak sekolah di daerah dengan penghasilan rendah. Makanan yang dihidangkan itu telah mencakup karbohidrat, protein, susu, hingga vitamin dengan menu yang beragam.
Program ini mendapatkan dukungan penuh dari seluruh orang tua dan stakeholder terkait di Tiongkok. Ming Wong (36), salah satu orang tua, setuju dengan program peningkatan nutrisi yang dicanangkan pemerintahnya.
“Saya sangat mendukung, meskipun saya tidak terlalu peduli dengan tinggi badan, yang penting anak saya sehat dan pintar,” katanya. Pendapat Wong senada dengan dokter di rumah sakit ibu dan anak Amcare Beijing, Fán Xīyǒng.
“Ya, saya tahu program itu dan sangat mendukungnya! Bersama rumah sakit lain, kami melakukan monitoring secara online tumbuh kembang bayi. Kami juga rutin memberikan laporan kepada pemerintah dan bergabung dengan komunitas-komunitas newborn baby,” ucap neonatologis lulusan universitas Utrecht, Belanda ini.
Di dinginnya kota Harbin, ibu kota provinsi Heilongjiang di utara Tiongkok, ratusan green house dan ribuan hektar sawah mengelilingi pabrik susu milik FEIHE. Di sana, mesin-mesin nir-awak kelas dunia bekerja keras mengembangkan kualitas susu sapi. Maeve (25) staf Departement Customer Education menjelaskan jika perusahaannya juga turut berkontribusi mendukung program pemerintah Tiongkok.
Alumni King’s College London ini mengungkapkan bahwa ia dan timnya rutin membagikan informasi kesehatan dan asam folat gratis kepada ibu hamil agar kandungannya sehat dan tubuh ibu mampu memproduksi air susu yang cukup. Selain itu, Maeve cs juga membantu mendonasikan makanan serta ASI kepada ibu-ibu yang kebetulan tidak memiliki ASI.
FEIHE sendiri mengklaim jika susu produksinya tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Oleh sebab itu, perusahaan ini bisa bertahan dari melamine scandal yang pada tahun 2008 lalu heboh karena ditemukan telah membunuh enam bayi dan menyebabkan 300.000 bayi sakit di Tiongkok.
“Saat ini standar pembuatan susu di Tiongkok telah mengikuti cara kami. Hal ini bisa terjadi karena kami memiliki semuanya dari hulu ke hilir, mulai peternakan sapi hingga pabrik susu sendiri yang jaraknya berdekatan,” pungkas General Manager FEIHE, Yu Yuanming. (jpg/uno)