Membuat Anturium Tumbuh Eksotis: Jaga Kelembapan, Siram 3–4 Hari Sekali

TAK PERLU SERING DISIRAM: Anturium memang butuh kelembapan tinggi, namun tidak mesti sering disiram. Cukup 3-4 sehari sekali.

Kelembapan area tanam menjadi faktor penting pertumbuhan anturium. Di Filosofi Daun, treatment menjaga stabilitas kelembapan sangat diperhatikan. Mulai set up area tanam, teknik penyiraman, hingga unsur media tanam.

 

DI area kebun yang cukup luas itu, puluhan tanaman anturium berjejer rapi di rak pot. Di antara sekian banyak tanaman berdaun indah itu, beberapa series anturium tampak menawan. Warna daun yang didominasi hijau gelap menambah kesan eksotis tanaman hias tersebut.

Varietas waroq x pedatoradiatum jadi salah satu koleksi tanaman Anthurium non-variegata di kebun di Sawangan, Depok, tersebut. Varietas hasil persilangan (hibrida) antara warocqueanum dan pedatoradiatum itu punya ciri daun lebih gelap dan sinus (kuping) lebar.

Selain varietas tersebut, di dalam area kebun yang dikelola komunitas Filosofi Daun itu terdapat Anthurium fort sherman dan hoffmanii. Keduanya juga tak kalah eksotis. Terutama hoffmanii yang punya ciri khas daun lebih lebar daripada varietas lain.

Baca Juga  Bertanam Bonsai Santigi, si Kulit Kering bak Pohon Tua

Filosofi Daun tahu betul cara merawat anturium. Mereka memasang jaring peneduh atau paranet untuk lapisan atap kebun. Fungsinya mengurangi intensitas paparan cahaya matahari pada tanaman. Di habitat aslinya, warocqueanum hidup di area dengan kelembapan cukup tinggi, yakni 60–70 persen.

Karena itu, paranet di atap kebun dengan kerapatan pori 60–70 persen dipilih untuk mendapatkan kelembapan tersebut. Selain paranet, atap kebun itu dilapisi plastik ultraviolet (UV) untuk melindungi tanaman dari sinar UV yang berlebihan. Lapisan plastik berada di bawah paranet.

Media tanam juga diperhatikan. Pendiri Filosofi Daun Hutama Yudha menyatakan bahwa ada beberapa unsur yang digunakan sebagai media tanam. Di antaranya, pakis, perlite, klenteng (biji kapas), batu pumis, pasir malang, dan kulit pinus (pine bark).

Tak hanya itu, Yudha dkk juga menggunakan sekam yang sudah difermentasi sebagai salah satu unsur wajib media tanam. Sebelum dicampur dan digunakan, semua unsur tersebut lebih dulu disterilisasi. “Proses sterilisasi tersebut dilakukan agar tanaman lebih tahan terhadap serangan bakteri dan jamur,” katanya.

Yudha menyatakan, anturium secara umum memang membutuhkan kelembapan tinggi, tetapi tidak boleh dibiarkan terlalu basah. Karena itu, pihaknya melakukan proses pengairan dan penyiraman dengan sangat hati-hati. “Penyiraman dilakukan 3 sampai 4 hari sekali,” ujarnya kepada Jawa Pos, Minggu (2/6).

Karena area kebun yang cukup luas, penyiraman tanaman dilakukan dengan teknik misting. Jadwal penyiraman diatur dengan baik agar kelembapan media tanaman tetap stabil di kisaran 60–70 persen. “Kami membangun kolam air tepat di bawah rak pot untuk menjaga kelembapan area,” paparnya.

Baca Juga  Dari Pameran Tunggal Melik Nggendong Lali, Wirid Visual untuk Diri-Negeri

Selain itu, di beberapa titik di dalam area tanam dipasangi kipas gantung. Fungsinya membantu kelancaran sirkulasi udara. Kipas tidak dinyalakan setiap saat, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. “Ketika udara sekitar area sangat panas, baru dinyalakan,” ujar pria 33 tahun itu.

Yudha paham, anturium yang ditanam di luar ruangan punya risiko, yakni gampang terserang penyakit dan jamur. Untuk mencegahnya, dia rutin melakukan penyemprotan fungisida sebulan dua kali. Sejauh ini, pencegahan itu cukup efektif menangkal bakteri dan jamur. “Kalau sudah kena penyakit, kemungkinan tanaman mati 90 persen,” terangnya. (tyo/c12/ai/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini