Ada yang sempat menduga kereta api (KA) Pandalungan bertabrakan saat mengerem mendadak jelang Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, Jatim. Posisi gerbong yang miring karena anjlok sempat menyulitkan para penumpang yang membawa barang-barang bawaan untuk turun.
AHMAD REZATRIYA BELANI, Sidoarjo
SEKILAS dalam bayangan Farah, KA Pandalungan yang dia naiki bertabrakan. Ada pengereman mendadak menjelang Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo, yang tak hanya membuat dia dan suami kaget. Tapi juga panik.
“Saya panik, saya pikir apa ini tabrakan, rasanya kayak oleng, lalu berguncang-guncang begitu,” jelasnya kepada Jawa Pos yang menemuinya di Stasiun Tanggulangin, tempat KA relasi Gambir–Surabaya–Jember itu anjlok Minggu (14/1) pagi.
Farah dan suami dalam kondisi sudah bangun dari tidur saat itu. Sebab, mereka tak terlalu lama lagi hampir sampai di tujuan akhir: Stasiun Bangil, Kabupaten Pasuruan.
Kepanikan tak hanya dia rasakan sendiri, tapi juga semua yang ada di gerbong 4. Tak lama setelah kereta berhenti buntut pengereman mendadak, beberapa petugas datang ke gerbong meminta semua penumpang turun.
Tapi, proses turun dari gerbong juga tak sesederhana itu. Sebab, Farah dan suami membawa tas serta koper. Karena posisi gerbong yang miring akibat anjlok, jadinya jarak untuk turun dari pintu agak tinggi.
Untung, petugas sigap membantu perempuan 48 tahun itu beserta sang suami. Hesti yang berada di gerbong 5 juga sama kagetnya dengan Farah. Apalagi, tak seperti Farah yang tujuannya sudah dekat, Hesti baru akan turun di Lumajang. Masih sekitar 2,5 jam lagi. Jadi, dia masih bersantai.
“Kalau kaget ya pasti kaget. Tapi, reaksi pertama langsung siap ambil barang buat turun,” ujarnya.
Seperti Farah juga, perempuan 55 tahun itu juga sempat kesusahan untuk turun dari gerbong 5. Posisi gerbangnya cukup tinggi baginya untuk bisa turun langsung. “Barang saya disuruh tinggal. Saya turun dulu, baru kemudian langsung dibantu nurunin barangnya sama petugas,” katanya.
Tidak ada korban jiwa atau luka dari insiden yang mengganggu jadwal perjalanan sejumlah KA lainnya itu. Tapi, suara ketika KA anjlok yang disusul pengereman mendadak memang mengagetkan bukan hanya mereka yang ada di dalam gerbong. Tapi juga warga sekitar Stasiun Tanggulangin.
“Itu pas pagi-pagi jam 08.00, kedengeran suara keras bruak,” ungkap Wahyudi, warga Dusun Kedungaten, Kalitengah, Tanggulangin.
Menurut pria 60 tahun itu, dirinya bersama beberapa warga langsung mengecek kondisi di rel dekat sungai. “Ternyata anjlok, warga cuma lihat saja. Kami nggak berani bantu, takutnya ada apa-apa,” ungkapnya.
Hingga pukul 18.30 tadi malam, masih cukup banyak warga yang berteman gelap melihat proses evakuasi KA Pandalungan. Gerbong masih coba dipindahkan oleh crane yang didatangkan dari Solo.
Sementara itu, para penumpang sudah sejak insiden terjadi memutuskan untuk mengambil moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan. “Ini saya mau lanjutkan perjalanan ke Bangil naik taksi online,” kata Farah dan suami sembari bersiap meninggalkan Stasiun Tanggulangin. (*/c9/ttg/jpg)