Penjaga kos terakhir bertemu dr Aulia sebelum dia ditemukan meninggal di kamar kos. Keterangan polisi, korban sempat curhat kepada orang tua tak kuat lagi melanjutkan studi dokter spesialis.
HARIYANTO, Kota Semarang
SUDAH setahun dr Aulia tinggal di tempat kos yang berada di Lempongsari, Kota Semarang. Tapi, Sumarsono yang bertugas menjaga tempat kos tersebut mengaku tak terlalu mengenalnya.
“Almarhumah orangnya terkesan pendiam. Keluar kos pagi hari dan pulang malam hari, dimungkinkan kesibukan aktivitasnya,” kata Sumarsono kepada Jawa Pos Radar Semarang, Kamis (15/8).
Sebagai mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Universitas Diponegoro, Kota Semarang, jadwal Aulia memang padat. Sumarsono mengaku terakhir bertemu korban pada Minggu (11/8). “Hari Senin (12/8) tidak kelihatan,” katanya.
Pada Senin itu, dokter 30 tahun tersebut memang seharian tidak kelihatan. Itulah yang membuat salah seorang rekan kosnya curiga. Ditelepon juga tidak merespons. Sampai kemudian kamarnya yang terkunci dari dalam dibuka paksa dengan menggunakan jasa tukang kunci dan Aulia ditemukan tergeletak di spring bed kamar.
Polisi menemukan obat-obatan dan buku harian di kamar tersebut. Kasatreskrim Polrestabes Semarang Kompol Andika Dharma Sena menjelaskan, di tubuh korban tidak ada tanda kekerasan. Hanya terdapat luka suntik. Suntikan jarum tersebut juga ditemukan di dalam kamar korban dan ada isinya.
“Ada satu ampul sudah habis, masih ada satu sisanya. Kata dokter, satu cc tidak boleh masuk tubuh. Perlu ditanyakan ke forensik,’’ kata Andika.
Andika mengungkapkan berencana memanggil orang tua korban. Termasuk rekan-rekan dekat korban yang tercatat sebagai dokter umum di RSUD Kardinah, Kota Tegal, Jawa Tengah.
“Sampai saat ini kan dari ibu korban belum bisa diambil keterangan, nanti kita jadwalkan. Termasuk juga nanti langkah ke depan klarifikasi rekan kerja korban,’’ ungkapnya.
Aulia masuk PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif Undip mulai 2022. Sebelum menempuh pendidikan spesialis, perempuan kelahiran 1994 itu merupakan lulusan pendidikan dokter Universitas Islam Sultan Agung, Kota Semarang.
Andika menambahkan, pihaknya akan melakukan pendalaman dan penyelidikan mengenai motif korban nekat bunuh diri. Menanggapi curhat dalam buku harian atau diary terkait adanya dugaan bullying, Kasatreskrim tidak menjelaskan secara detail. Pihaknya menyampaikan adanya persoalan yang diduga terkait pembelajaran yang sedang diikuti.
“Dilihat terkait ini aja sih agak beratlah, terkait pelajarannya, mungkin seperti apa dalam perkuliahan dia. Sesuai yang disampaikan oleh Undip, yang bersangkutan kan beasiswa, beberapa kali ingin keluar. Cuma karena ada biaya yang harus dibayar, mungkin itu yang menahan dan sebagainya,” jelasnya.
Sedangkan menurut Kapolsek Gajahmungkur Kompol Agus Hartono, Aulia pernah bercerita kepada orang tua kalau sudah tidak kuat menempuh pendidikan dokter spesialis. ”Sudah curhat sama ibunya, anak itu minta resign, sudah enggak kuat,’’ ucap Agus Hartono. (*/c6/ttg/jpg)