Bertanam Bonsai Santigi, si Kulit Kering bak Pohon Tua

EKSOTIS: Ariel Hidayat (kiri) bersama sang anak, Muhammad Bayu Abisatya, dengan koleksi bonsai santigi.

Tua malah nggak laku? Ucapan itu tak berlaku bagi bonsai santigi. Tanaman tersebut dikenal dengan corak batangnya yang menyerupai kulit pohon berusia puluhan tahun. Kering dan penuh guratan. Kolektor harus merogoh kocek agak dalam untuk memiliki santigi.

 

BONSAI santigi tumbuh di pesisir pantai. Akar-akarnya terikat pada karang-karang di pantai. Membuat bonsai santigi ”kekurangan” gizi. Hal itu juga yang membuat bonsai santigi punya karakteristik batang seperti pohon berusia puluhan tahun.

“Karena gizinya sedikit, ia berhemat dengan memiliki karakter kulit seperti itu,” ucap Arief Hidayat, kolektor bonsai asal Surabaya.

Tanaman pesisir itu biasanya dimiliki kolektor, lengkap dengan karang yang terikat akar. Karang tersebut juga yang membuat bonsai santigi makin estetis. Harganya turut meroket jika karang itu punya ukuran besar.

“Jangan pernah dipisahkan. Karangnya itu yang membuat santigi bisa stabil dan bertumbuh,” tutur Arief.

Sebagai pencinta bonsai, tak sekali dua kali Arief menjajal reproduksi bonsai santigi. Ada yang gagal, ada yang berhasil. “Kadang kita nih suka di-prank sama santigi,” ucapnya.

Baca Juga  Kebun Ciputri, ”Spesialis” Budi Daya Bunga Krisan Siram Dua Kali Sehari

Sebab, bonsai santigi bisa tumbuh tanpa akar hingga dua bulan. Ia hanya tumbuh dengan konsumsi kambium di lapisan batangnya. “Terus tiba-tiba drop mati. Kan kaget ya,” sambung pria kelahiran Surabaya itu.

Setelah diperhatikan, bonsai santigi yang bergantung pada kambium akan jarang memunculkan cabang baru. Tanaman hanya bertambah panjang dan memunculkan beberapa helai daun. Batang-batang baru akan tumbuh di ketiak daun jika akar sudah tumbuh dan menguat. “Ini setelah eksperimen beberapa kali. Ketahuan tanda-tandanya sebelum drop,” imbuhnya.

Arief mengatakan, perawatan bonsai santigi memang gampang-gampang susah. Kebutuhan panas dan air wajib dipenuhi. Bonsai santigi sebaiknya diletakkan di taman terbuka agar terkena matahari sepanjang hari.

“Penyiraman juga wajib dua kali sehari. Mau itu hujan atau tidak,” jelasnya. Air hujan saat ini dinilai lebih banyak membawa asam bagi bonsai santigi.

Polusi udara jadi salah satu penyebab tingginya asam dalam air hujan. Dampaknya, daun-daun bisa menguning jika kondisi medium terlalu asam. “Makanya, kalau sore hujan, malam tetap saya siram lagi. Ini dilakukan supaya air hujannya malah terbuang dan nggak banyak terserap,” tutur alumnus arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember itu.

Dia juga punya trik untuk menjaga kecantikan bonsai santigi. Satu sendok makan garam gosok rutin ditaburkan ke medium bonsai setiap tiga bulan. “Ini menggantikan asinnya air laut di tempat bonsai santigi tumbuh,” jelasnya.

Jika daun mulai menunjukkan warna kuning, garam gosok bisa diberikan lebih cepat. “Biasanya seminggu setelahnya, warna daun sudah hijau lagi,” ucap anak bungsu dari tujuh bersaudara itu.

Pruning atau pemotongan dan pembentukan batang bonsai bisa dilakukan saat kondisi santigi sehat. Jika terkena hama, pruning sebaiknya ditunda. “Ini bedanya dengan bonsai-bonsai lain. Kalau yang lain, kena hama malah cocok di-pruning. Kalau santigi, justru malah stres,” lanjutnya saat ditemui di Kopi Bonsai beberapa waktu lalu.

Baca Juga  Timnas Indonesia Pernah Naik Pesawat Kelas Ekonomi 24 Jam, STY Ungkap Kisah di Baliknya

Saat terkena hama, bonsai santigi sebaiknya dirawat dengan pestisida hingga hama sepenuhnya hilang. Bonsai santigi ukuran kecil dengan karang bisa dibanderol Rp 1 juta hingga 1,5 juta. “Bandingkan dengan bonsai jenis lain yang seukuran, itu hanya Rp 150 ribu sampai Rp 600 ribu,” tuturnya.

Arief dan Muhammad Bayu Abisatya, putranya, kini sudah merawat sekitar 30 pot bonsai santigi berbagai jenis dan ukuran.

“Bonsai kami yang paling besar ditanam di depan rumah. Harganya Rp 40 juta,” ucap Bayu, sapaan Muhammad Bayu Abisatya. Tinggi tanaman tersebut bahkan hampir menyentuh 2 meter.

Tanaman itu sudah dirawat Bayu dan Arief selama dua tahun terakhir. “Sempat ada yang nawar, tapi belum cocok,” ungkapnya. (dya/c7/ai/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini