Sama-sama keras kepala, Gibran Cahyaning Pengeran dan Haykal Muhammad Azzat kerap beda pendapat, tapi justru di situlah letak keberhasilan mereka menghelat turnamen tinju antarmahasiswa. Kini mereka bersiap kembali menghelat ajang serupa di kota yang berbeda.
NARENDRA PRASETYA, Surabaya
UMURNYA masih sama-sama muda. Haykal Muhammad Azzat, 22, dan Gibran Cahyaning Pengeran lebih muda dua tahun. Tapi, dalam dunia kepromotoran tinju, jam terbang dua mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) itu kian bertambah. Terbaru, mereka bakal menghadirkan kembali ajang ring tinju antarmahasiswa yang bertajuk Ring Tarkam Vol 2.
Episode kedua setelah sukses dalam edisi pertamanya, 10–11 Mei lalu. Bedanya, kali ini bukan di Surabaya. Melainkan di Alun-Alun Ponorogo, Jawa Timur.
Rencananya, Ring Tarkam Vol 2 itu berlangsung pada 30 Agustus mendatang. “Dari pengalaman di Vol 1, aku sudah mengerti A to Z soal industri tinju,” sebut Gibran dalam obrolannya dengan Jawa Pos di Surabaya dua pekan lalu.
Meskipun sudah sukses dalam Vol 1, Gibran-Haykal yang disebut-sebut promotor termuda Indonesia itu masih dalam pendampingan tim dari Chris John Indonesia (CJI). Begitu pula dalam penggarapan Vol 2.
“Kami juga tidak khawatir akan kehabisan ide untuk membangun industri dalam olahraga tinju ini. Sebab, saya berada di dalam lingkungan yang tepat untuk berkembang lagi,” sambung Gibran, putra Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko.
Haykal juga senada. Menurut dia, kinerja CJI ikut andil saat mencatat sukses dalam Vol 1 lalu. “Kami yang dari belum paham manajemen produksi event jadi paham. Karena beliaulah ahlinya, beliau sosok di bidang kami (kepromotoran tinju),” kata Haykal merujuk kepada Chris John, petinju legendaris Indonesia.
Tidak mudah bagi Gibran dan Haykal menjaga ritme kerja selama beberapa bulan mempersiapkan Ring Tarkam yang menguras banyak waktu dan tenaga.
Bahkan, selama penggarapan Vol 1 lalu, keduanya mengaku berkali-kali terlibat friksi. Tapi, untungnya mereka masih bisa mengendalikan diri.
“Tipikal kami ini sama-sama keras kepala. Tapi, kami bisa membedakan mana pekerjaan, mana teman. Ketika di luar kerjaan, kami enjoy lagi,” tutur Haykal.
Malah, seringnya terjadi perbedaan pendapat dan akhirnya masih bisa menerima satu sama lain dianggap Gibran sebagai salah satu kunci kesuksesan mereka berduet sebagai promotor tinju. Gibran menganggap dirinya dan Haykal punya kesamaan visi-misi.
Saat ini Gibran dan Haykal sama-sama masih berstatus mahasiswa. Gibran tengah menapaki semester V ilmu komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair. Sedangkan Haykal tengah menyelesaikan skripsi di jurusan ekonomi Islam fakultas ekonomi bisnis.
Keduanya kali pertama berkenalan lewat pertemuan di sebuah warung kopi di kawasan Pucang, Surabaya. Kebetulan, teman baik Gibran juga berteman dengan Haykal.
Ketika itu, Haykal sudah berlatih tinju di bawah asuhan Ragil Tekek. Sedangkan Gibran berpengalaman menggelar sejumlah event. Dari obrolan keduanya, tebersit keinginan untuk menghelat ajang tinju. Ragil kemudian mengenalkan mereka dengan Chris John.
Meski sibuk menjadi promotor tinju, Gibran dan Haykal mampu menjaga prestasi akademik. Mereka juga kompak lebih mengorbankan waktu tidur untuk menjaga keseimbangan antara belajar dan bekerja.
Haykal, misalnya. Saat penggarapan Vol 1, skripsinya sudah sampai bab 2 dan bab 3. Sekarang dia sudah sampai di bab 4.
“Sambil disambi. Kalau ditaruh, bisa lulus tahun depan,” seloroh Haykal yang menargetkan sudah lulus kuliah tahun ini. (*/c7/ttg/jpg)