Salah satu RW di Kampung Gunung Batu, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Sukabumi, sekarang menjadi kampung mati. Seluruh penghuninya direlokasi akibat bencana alam tanah bergerak. Bertahun-tahun menempati hunian sementara (huntara), kini mereka menghuni hunian tetap (huntap) yang dibangun Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
HILMI SETIAWAN, Sukabumi
DI SELA menjalankan tugas sebagai KPPS Pemilu 2019 di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, konsentrasi Deden Mulyana terpecah. Selain harus bekerja untuk kelancaran pesta demokrasi, dia harus memikirkan nyawanya beserta keluarga yang terancam karena rumah retak-retak akibat fenomena tanah bergerak.
“Setiap hari retakannya bertambah,’’ kata Dede kepada Jawa Pos, Kamis (12/9) lalu. Hingga akhirnya kawasan seluas satu RW itu dinyatakan masuk zona merah ancaman longsor. Tidak ingin ada korban jiwa, seluruh warga dievakuasi ke tenda pengungsian yang berjarak sekitar 1 kilometer dari kampung.
Deden masih ingat, saat itu warga mulai dievakuasi pada 25 April 2019. Ratusan warga tinggal di tenda pengungsian sekitar tiga bulan. Setelah itu, mereka direlokasi ke hunian sementara. Bangunannya mirip seperti barak tentara yang berjejer panjang. Setiap keluarga mendapatkan jatah ruangan berukuran 4 x 4 meter.
“Ruangannya kotak begitu saja, tanpa sekat. Kalau mau disekat jadi kamar-kamar, disekat sendiri,’’ kenangnya.
Pria 38 tahun itu menceritakan, kondisi selama tinggal di huntara tersebut jauh dari kata layak. Apalagi, ada beberapa keluarga yang tinggal ramai-ramai dalam satu ruangan. Bahkan ada yang sampai tiga kepala keluarga (KK).
Semula oleh pemerintah setempat warga dijanjikan tinggal di huntara sekitar dua tahun saja. Pertimbangannya adalah menunggu lokasi dan pembangunan huntap. Tetapi, setelah ditunggu sampai dua tahun, janji adanya unit huntap tidak kunjung tercapai.
Deden bersama warga lainnya bahkan sampai membentuk semacam paguyuban. “Tujuannya mengawal realisasi adanya huntap untuk warga,’’ tuturnya. Bapak dua anak itu bertugas sebagai humas di paguyuban tersebut.
Berkali-kali mereka melakukan dengar pendapat bersama jajaran Pemkab Sukabumi. Apalagi, warga mulai merasa hidup tidak nyaman di dalam huntara. Sebab, jumlah warga semakin banyak. Ada anggota anyar yang baru lahir.
“Akhirnya ada angin segar,’’ katanya. Pada 2023, mereka dipertemukan dengan DT Peduli sebagai mitra kemaslahatan BPKH. Tahun itu juga ada kesepakatan pembangunan huntap untuk warga Kampung Gunung Batu. Urusan pembiayaan menggunakan dana kemaslahatan BPKH yang bersumber dari hasil pengelolaan dana abadi umat (DAU) di BPKH.
Kemudian, Pemkab Sukabumi bertugas melakukan pengerasan lahan serta penyediaan drainase. Lahan yang digunakan berstatus hak guna usaha (HGU) milik pemerintah. “Pembangunan rumahnya dilakukan secara gotong royong oleh warga penghuni sendiri,’’ tuturnya.
Setelah dilakukan pendataan final, total terdapat 161 KK. Tetapi, rumah yang dibangun 129 unit saja. Sebab, ada beberapa yang tinggal dalam satu dokumen KK.
Setiap KK mendapatkan lahan seluas 7 x 13 meter dengan ukuran bangunan 5 x 7 meter. Ruangan rumah terdiri atas dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Kemudian, satu ruang tamu yang gandeng dengan ruang keluarga yang terasa lega. Dapur ada di bagian belakang. “BPKH tidak membangun dapur. Jadi, warga membangun sendiri,’’ katanya.
Untuk kebutuhan air, pasokannya didapat dari sejumlah tandon yang terhubung ke satu unit sumur saja. Di dalam kompleks huntap itu juga dibangun masjid. Saking mencoloknya bangunan di Kampung Haji BPKH itu, banyak orang yang kebetulan lewat mampir untuk salat di masjid.
“Bahkan ada yang sempat tanya, apakah masih ada unit yang kosong. Karena dikira ini perumahan umum,’’ tutur Deden, lantas tertawa.
Kepala BPKH Fadlul Imansyah bersyukur bisa membantu warga korban tanah bergerak untuk bisa tinggal di huntap yang benar-benar layak huni. Dia mengatakan, salah satu bentuk penyaluran dana kemaslahatan DAU adalah untuk penanganan bencana alam.
“Kami berharap Kampung Haji BPKH ini dapat menjadi berkah bagi penghuninya serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya,’’ ungkapnya. (*/c19/dio/jpg)