Kisah Hendy Gilang Syahputra, Wisudawan Muda ITS yang Meraih Tiga Gelar Sekaligus

BERPRESTASI: Hendy Gilang Syahputra menunjukkan tiga ijazah yang didapatkan dari ITS dan NTUST Rabu (2/10) lalu.

Hendy Gilang Syahputra berhasil lulus kuliah dengan tiga gelar sekaligus. Dia hanya butuh waktu lima tahun untuk menyelesaikan S-1 dan S-2 di ITS dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) melalui program fast track dan double degree.

 

SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

 

DI usianya yang masih muda, 21 tahun, Hendy Gilang Syahputra mampu meraih impiannya, lulus kuliah dengan menyandang tiga gelar akademik sekaligus. Capaian yang jarang didapatkan mahasiswa seumurannya. Capaian itu diraih lewat kerja keras dan motivasi dari keluarga.

Tiga gelar itu didapatkan Hendy saat mengikuti wisuda ke-127 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Sabtu (28/9) lalu. Dia berhasil lulus S-1 hanya dalam 3,5 tahun dan S-2 dalam 1,5 tahun melalui program fast track dan double degree.

“Jadi, saya dapat tiga gelar sekaligus. Yakni, gelar sarjana dan magister dari ITS dan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) di Taiwan,” katanya kepada Jawa Pos, Rabu (2/10) lalu.

Hendy tumbuh dalam keluarga yang sederhana, tetapi sangat menghargai pendidikan. Orang tuanya lulusan D-3 dan bekerja sebagai karyawan swasta. Bapak dan ibunya selalu menekankan pentingnya pendidikan. “Saya termotivasi orang tua untuk tidak menjadi orang yang biasa-biasa saja,” ujarnya.

Baca Juga  Apresiasi Kebijakan Pangan dan Pertanian di era Jokowi

Kemampuan akademis anak pertama dari pasangan Mohammad Sumardi dan Heni Triastuti itu memang terlihat sejak duduk di bangku SMA. Dia lulus SMA di usia 16 tahun melalui program akselerasi.

Di usia yang masih sangat muda itu, Hendy diterima di Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS. “Saya memang sudah mengincar program fast track dengan beasiswa dan alhamdulillah lolos,” imbuhnya.

Program sarjana dan magister mampu diselesaikannya dalam waktu yang singkat. Lalu, Hendy juga mengambil kesempatan untuk ikut program double degree dengan NTUST di Taiwan. Dia berhasil lulus dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) di ITS 3,88 dan di NTUST dengan IPK 4,1.

“Saat itu saya merasa akademik masih kurang dibanding yang lain. Jadi, saya memilih mengambil program fast track dan double degree untuk menambah daya saing,” ujar kakak dari Ardhyastama Syahputra itu.

Setelah berhasil menyelesaikan semester pertama dan kedua di ITS untuk program S-2, dia melanjutkan semester ketiga dan keempat di NTUST Taiwan. Dia mendapatkan banyak pengalaman selama menjalani program double degree di NTUST.

Ketika mengikuti program fast track dan double degree itu, Hendy memilih jalan yang ”berbeda”. Dia melanjutkan S-2 dengan penelitian di bidang semikonduktor. Riset itu menjadi tantangan tersendiri karena berbeda jauh dengan tugas akhir (TA) miliknya di bidang metalurgi manufaktur, khususnya aluminium foam.

Dia menciptakan prototipe aluminium foam yang dapat difungsikan sebagai crash box pada mobil untuk keselamatan dan perlindungan struktur mobil. “Semikonduktor di Indonesia belum banyak dijamah, khususnya di pendidikan-pendidikan Indonesia. Jadi, saya tertarik,” tuturnya.

Saat kuliah di NTUST, Hendy juga aktif mengikuti konferensi di Jepang. Dia berkesempatan untuk menjadi salah satu co-author dalam buku tentang semikonduktor bekerja sama dengan profesor di NTUST.

“Saya mendapatkan kesempatan mengenal budaya, teknologi, dan pembelajaran di luar negeri,” katanya.

Keberhasilan Hendy memperoleh tiga gelar sekaligus di usia yang sangat muda tersebut tidak lepas dari peran orang tuanya. Dia bersyukur orang tuanya selalu mendukung. Bahkan, sejak kecil orang tuanya membiasakan untuk mendiskusikan sesuatu yang produktif. “Kebiasaan itu berdampak positif hingga sekarang,” ujarnya.

Baca Juga  Festival Rujak Uleg 2024, Wujud Kebersamaan dan Kekeluargaan Warga Surabaya

Hendy mengaku bukan orang yang senang bermain game atau hal yang kurang produktif. Sejak kecil, ketertarikannya pada akademik sudah terlihat. Selain itu, dia tertarik mempelajari informasi-informasi agar dapat menguasai berbagai bidang. “Saya sering melihat informasi di dunia profesional. Jadi, saya sering dibanjiri informasi yang menurut saya produktif sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari,” katanya.

Setelah berhasil menyelesaikan studi dengan tiga gelar, Hendy menerima banyak tawaran untuk melanjutkan program doktor dan bekerja di dunia industri. Namun, saat ini dia masih mencari peluang lainnya. “Saya masih ingin lanjut S-3. Namun, prioritas saya sekarang untuk mencari pengalaman di dunia kerja atau industri,” ujarnya.

Menurut Hendy, sebagai generasi Z, kemampuan mengatur prioritas adalah kunci utama kesuksesan. “Kita harus memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai 10–20 tahun ke depan. Jadi, setiap langkah kecil harus dimulai dengan baik,” katanya. (*/c19/aph/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini