Melalui Auvest atau rompi pendingin suhu tubuh, tim mahasiswa Universitas Airlangga meraih dua medali emas dalam Pimnas. Inovasi itu bakal terus dikembangkan, di antaranya membuat baterai berukuran kecil, tapi berkapasitas lebih besar.
SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya
CUACA panas, seperti terjadi belakangan, dapat memicu heat stress atau stres akibat panas. Para pekerja, khususnya yang area kerjanya di lapangan, sangat rentan terpapar.
“Berangkat dari permasalahan tersebut, kami berusaha mencarikan solusinya melalui inovasi rompi pendingin untuk para pekerja konstruksi,” kata Muchammad Adam Wildan, ketua tim Auvest Universitas Airlangga (Unair), saat ditemui Jawa Pos di Gedung Rektorat Unair (Unair) Surabaya, Kamis (24/10).
Rompi pendingin itu bernama Auvest: Automatic Vest with Cooling and Heating System. Wildan –sapaan karib Muchammad Adam Wildan– yang berasal dari fakultas kesehatan masyarakat membuat inovasi produk tersebut bersama empat mahasiswa Unair lain: Christopher Geoffrey dan Brendan Muhammad dari fakultas teknologi maju dan multimedia (FTMM) serta Amelia Avril dan Nadia Hanifan dari fakultas kesehatan masyarakat (FKM).
Bentuk rompi tersebut sekilas tidak berbeda dengan rompi pekerja konstruksi lainnya. Hanya, di dalamnya, terdapat beragam teknologi yang disisipkan sebagai pendingin tubuh pengguna.
Total ada delapan peltier alias komponen listrik yang berfungsi menciptakan perbedaan suhu di dalam rompi tersebut. Empat di depan dan empat di belakang rompi.
Di dalam peltier juga ada heatsink fleksibel. Selain itu, ada tiga sensor yang digunakan. Masing-masing TMP 102 yang berfungsi mendeteksi suhu internal, sensor DHT 11 untuk kelembapan, dan sensor DS 18 B20 buat mendeteksi suhu lingkungan.
Inovasi tersebut berhasil menyabet dua medali emas sekaligus pada kategori poster dan presentasi di ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 yang berlokasi di Kampus C Unair pada pekan lalu. Prestasi itu menjadi kali pertama yang diraih Unair untuk skema program kreativitas mahasiswa karsa cipta (PKM-KI). “Kami sangat bangga,” ucap Wildan.
Auvest diciptakan dengan sasaran para pekerja konstruksi. Target pekerjaan yang harus diselesaikan lebih cepat kadang molor karena kondisi mereka terlalu lelah akibat terpapar terik.
Cara kerja rompi tersebut, ketika sistem mendeteksi heat stress index (HSI) dan nilai suhu internal atau suhu antara baju dengan tubuh itu mencapai ambang batas yang ditentukan, secara otomatis peltier akan menurunkan suhu internal pada tubuh.
“Begitu juga sebaliknya, jika suhu internal normal, otomatis sistem peltier akan mati,” jelasnya.
Sistem tersebut juga terintegrasi di dalam aplikasi Auvest. Sistem di dalam aplikasi itu digunakan untuk memantau suhu secara real time. “Jadi, selain memang sudah otomatis mendinginkan tubuh di dalam rompi tersebut, pengguna bisa mengontrol suhu secara manual melalui aplikasi,” kata dia.
Ambang batas atas HIS yang dapat terdeteksi otomatis pada sistem tersebut lebih dari 28 derajat Celsius dan suhu internal tubuhnya lebih dari 35 derajat Celsius. Sementara, ambang batas normal HSI 22 derajat Celsius.
Uji Coba di Lingkungan Kampus
Rompi tersebut sudah diujicobakan kepada para pekerja konstruksi di Kampus C Unair yang tengah mengerjakan renovasi bangunan. Hasilnya, Wildan dkk mendapatkan feedback bagus.
“Rompi ini menjadi bagian dari alat pelindung diri para pekerja konstruksi,” kata Wildan.
Sebenarnya, lanjut Wildan, inovasi mereka berfokus pada K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). Melalui Auvest, Wildan dan timnya dengan sendirinya berandil dalam ketercapaian sustainable development goals poin 8 tentang upaya penerapan K3.
Dalam proses pembuatan, Wildan bersama tim rajin membaca jurnal dan ulasan beberapa produk sejenis. Salah satu hasil temuan riset literatur itu, beberapa inovasi sejenis memiliki masalah sistem pendingin tidak fleksibel.
Brendan menambahkan, meskipun meraih dua emas Pimnas, timnya akan terus mengembangkan Auvest. Salah satunya, membuat sensor jadi lebih compact dan kapasitas baterai dibuat lebih besar dengan ukuran kecil.
Selain itu, mereka akan mengembangkan aplikasinya lebih baik lagi. “Produk ini masih dalam bentuk prototipe, tetapi sudah bisa dikembangkan menjadi produk fungsional,” ujarnya. (*/c7/ttg/jpg)