TARAKAN – PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tarakan memastikan konsumsi Pertamax di Kaltara menurun. Dikarenakan adanya dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina, Sub Holding, dan Kontraktor Kontrak Kerja sama (KKKS) periode 2018-2023.
Sales Brand Manager PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tarakan Ferdy Kurniawan menegaskan, permintaan terhadap Pertamax memang terlihat mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Khusus di Tarakan, konsumennya mulai berkurang.
“Memang, adanya isu yang menimpa Pertamina sekarang ini berdampak secara nasional. Walaupun di Tarakan tidak ada kompetitor langsung, pola konsumsi masyarakat mulai bergeser kembali. Konsumen yang sebelumnya merasa nyaman menggunakan Pertamax kini, karena adanya isu tersebut, beralih lagi ke Pertalite,” tegasnya.
Pihaknya juga tidak bisa memungkiri bahwa terjadi sedikit penurunan konsumsi BBM non-subsidi di Tarakan. Secara volume, jika sebelumnya kebutuhan untuk satu SPBU bisa mencapai satu tangki atau 8 ton per hari, sebelum isu ini mencuat, sekarang angka tersebut menurun hingga sekitar 5 ton bahkan kurang.
“Walaupun penurunannya tidak terlalu drastis, dampaknya cukup terasa. Namun, kami optimistis kondisi ini dapat kembali membaik. Karena masyarakat di sini terbilang tidak terlalu sensitif selama produknya tersedia,” harapnya.
Untuk meningkatkan kembali kepercayaan konsumen terhadap Pertamax, Pertamina akan mengintensifkan strategi pemasaran. Salah satunya melalui promo-promo menarik yang terintegrasi dengan aplikasi MyPertamina. Ia mendorong masyarakat untuk bertransaksi secara non-tunai menggunakan aplikasi tersebut.
Promosi yang akan dijalankan nantinya bisa berupa bundling atau diskon menarik untuk membuat konsumen tertarik mencoba kembali Pertamax. Di sisi lain, untuk BBM seperti Pertalite dan Solar, saat ini penerapannya diharuskan menggunakan barcode untuk kebutuhan pendataan.
Ke depannya, jika pemerintah memutuskan hanya kendaraan tertentu yang bisa menggunakan kode tersebut, otomatis akan ada perubahan permintaan ke BBM non-subsidi seperti Pertamax. Ini juga menjadi fokus persiapan kami.
“Untuk saat ini, pasokan Pertalite di SPBU di Tarakan masih stabil dan rata. Tak ada satu SPBU yang secara signifikan lebih besar permintaannya dibanding yang lain. Di Tarakan terdapat tiga SPBU reguler, yaitu SPBU Mulawarman, SPBU Ladang, dan SPBU Kampung 4. Kebutuhan Pertalite di masing-masing SPBU berkisar antara dua hingga tiga tangki per hari, tergantung lokasinya, tetapi keseluruhannya cukup terjamin,” tegasnya.
Pihaknya ingin memastikan kepada masyarakat ketersediaan BBM, baik itu Pertalite maupun BBM non-subsidi seperti Pertamax aman dan mencukupi. Selain itu, menjamin produk BBM yang disalurkan tidak mengalami oplosan, sehingga kualitasnya tetap sesuai standar.
“Jadi masyarakat Tarakan tidak perlu khawatir akan kekurangan BBM atau masalah kualitas produk yang tersedia,” harapnya. (kn-2)