TANJUNG SELOR – Kinerja impor Provinsi Kalimantan Utara pada Februari 2025 mencatat lonjakan tajam dibanding bulan sebelumnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, nilai impor mencapai USD 94,72 juta, naik drastis 268,50 persen dibanding Januari 2025 yang hanya USD 25,70 juta. Peningkatan ini sepenuhnya ditopang oleh komoditi nonmigas, mengingat tidak ada aktivitas impor barang migas sepanjang Februari 2025.
Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai mengatakan, komoditi nonmigas menyumbang seluruh nilai impor tersebut. Dengan kontribusi utama berasal dari barang hasil industri dan hasil tambang. Nilai impor hasil industri tercatat mencapai USD 94,23 juta, naik sebesar 270,62 persen dari bulan sebelumnya.
“Sementara itu, nilai impor hasil tambang mengalami kenaikan menjadi USD 0,49 juta atau tumbuh 76,36 persen secara bulanan. Adapun komoditi hasil pertanian tidak tercatat melakukan aktivitas impor,” terangnya, Rabu (16/4).
Jika dilihat secara kumulatif selama Januari-Februari 2025, total impor Kalimantan Utara tercatat USD 120,42 juta. Namun angka ini mengalami penurunan 48,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (Januari–Februari 2024) yang mencatat USD 233,20 juta.
Negara asal impor utama masih didominasi oleh Tiongkok, dengan nilai impor pada Februari 2025 mencapai USD 73,67 juta atau menyumbang 75,53 persen dari total impor nonmigas. Selain Tiongkok, negara penting lainnya yakni Singapura (USD10,83 juta) dan Vietnam (USD 6,45 juta). Total impor dari ketiga negara tersebut mencapai 96,26 persen dari seluruh nilai impor nonmigas.
“Adapun negara lain menyumbang sisanya USD 3,77 juta. Dibandingkan dengan Januari 2025, impor nonmigas dari negara-negara tersebut secara bulanan meningkat sangat signifikan Tiongkok naik 326,08 persen, Singapura 41,05 persen, dan negara lainnya naik hingga 413,64 persen,” sebut dia.
Berdasarkan golongan barang, impor paling besar berasal dari kelompok mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84) dengan nilai USD 33,30 juta, serta tembakau dan pengganti tembakau (HS 24) senilai USD 17,80 juta.
Komoditas lain yang juga mengalami peningkatan signifikan yaitu Mesin/perlengkapan elektrik (HS 85) USD 14,41 juta. Barang dari besi/baja (HS 73) USD 4,86 juta. Produk kimia (HS 38) US$2,81 juta. Kapal dan struktur terapung (HS 89) US$3,98 juta
“Delapan golongan barang terbesar tersebut menyumbang 91,83 persen dari total impor. Mencerminkan kebutuhan kuat Kalimantan Utara terhadap barang modal dan bahan baku,” jelasnya. (kn-2)