TARAKAN – Puncak fenomena air pasang melanda wilayah pesisir Kota Tarakan sejak awal pekan ini dan masih terus berlangsung hingga Kamis (1/5).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tarakan mencatat ketinggian air pasang mencapai angka 3,6 satuan pada 29 April hingga 1 Mei, menjadikannya salah satu pasang tertinggi dalam periode awal tahun ini.
Menurut prakirawan BMKG Tarakan, Hermansyah, kondisi ini dipicu oleh fase bulan perigee. Saat bulan berada pada titik terdekatnya dengan bumi. Fase ini menyebabkan gaya tarik bulan terhadap air laut meningkat, memicu naiknya permukaan air laut yang disebut banjir rob.
“Memang pada fase-fase seperti ini bulan berada lebih dekat dengan bumi. Pola air pasang ini biasanya terjadi musiman dan kebetulan puncaknya jatuh pada akhir April hingga awal Mei,” ujarnya.
Peningkatan ketinggian air laut mulai terlihat sejak 28 April. Kemudian mencapai puncaknya selama tiga hari berturut-turut, yakni 29 dan 30 April serta 1 Mei, dengan ketinggian mencapai 3,6 satuan. Ketinggian ini merupakan hasil pengukuran dari sistem pasang surut yang digunakan oleh BMKG, bukan satuan meter dari permukaan tanah.
“Ketinggiannya tercatat 3,6, namun ini bukan tinggi vertikal dari permukaan tanah. Ini pengukuran khusus pasang surut laut yang kami gunakan sebagai standar,” jelasnya.
Untuk Jumat (2/5), BMKG memprediksi tinggi pasang akan sedikit menurun menjadi sekitar 3,4 satuan. Meskipun demikian, Hermansyah menekankan bahwa kondisi ini masih tergolong tinggi dan berpotensi menimbulkan genangan di sejumlah wilayah pesisir.
“Kami perkirakan mulai besok tren air pasang akan menurun. Namun tetap harus diwaspadai karena angkanya masih cukup tinggi,” imbuhnya.
Air pasang ini biasanya terjadi dua kali dalam sehari, namun puncak pasang tertinggi tercatat pada malam hari, antara pukul 19.00-21.00 Wita. Fenomena ini juga tidak hanya terbatas di Tarakan, melainkan terjadi di beberapa wilayah pesisir lain di Indonesia yang memiliki ketinggian daratan rendah terhadap permukaan laut. Fenomena ini bukan hanya di Tarakan, tapi juga di beberapa wilayah lain, tergantung kondisi geografis dan posisi masing-masing.
BMKG pun mengeluarkan imbauan kepada masyarakat, khususnya warga di kawasan pesisir dan pelabuhan, agar tetap waspada terhadap potensi genangan air. Aktivitas seperti bongkar muat barang dan kegiatan usaha lainnya di sekitar pesisir diminta untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama pada malam hari saat puncak pasang terjadi.
“Kami minta masyarakat, terutama di pesisir, untuk terus memantau informasi resmi. Amankan barang-barang penting, dan hindari aktivitas berisiko saat jam-jam pasang tertinggi. BMKG akan terus memberikan pembaruan data dan prediksi untuk memastikan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat,” pungkasnya. (kn-2)