Tepis Cuaca Panas dari Letusan Gunung Berapi

TARAKAN – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geosifika (BMKG) Tarakan, menepis adanya isu wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) terdampak Sulfur Dioksida yang menyebabkan cuaca panas akibat efek letusan gunung berapi Ruang di Sulawesi Utara.

Diketahui, isu ini menyebar luas di media sosial belum lama ini. “Informasi yang disebarkan ini masih belum jelas dikutip dari mana. Terlebih kami juga sudah bertanya tapi belum ada balasan. Kami simpulkan informasinya masih tidak benar,” tegas Prakirawan BMKG Tarakan Ida Bagus Gede Yamuna, Senin (22/4) lalu.

Ia menegaskan, cuaca panas dalam kurun beberapa hari terakhir tidak ada kaitannya dengan letusan gunung berapi di Sulawesi Utara atau gas SO2 di lapisan udara. Pihaknya menyebut keberadaan gas SO2 di lapisan udara, akan cenderung menurunkan suhu udara dan bukan menaikan suhu udara.

Baca Juga  Permasalahan Zonasi PPDB, Perlu Ada Pembenahan

“Gas SO2 berpengaruh atau tidak terhadap cuaca, harus ada penelitian lebih lanjut. Tapi faktor dominan pembentuk cuaca terik ini bukan dari gas SO2,” ungkapnya.

Kondisi teriknya marahari wilayah Kaltara, lantaran adanya nilai OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang positif menandakan tidak adanya tutupan awan.

Selain itu, pihaknya tak memantau aktifnya gelombang atmosfer. Kondisi cuaca terik ini didukung dengan indikasi pola angin linier dan cukup kencang di wilayah Kaltara.

Sementara suhu maksimal diperkirakan 34 derajat celcius. Tapi karena pola angin masih timuran, potensi hujan lokal bisa terjadi.

Disinggung soal kemungkinan suhu maksimal seperti yang terjadi pada tahun lalu, Bagus menyebut hal itu mungkin saja terjadi. Seperti diketahui, pada 2023 sekitar April-Mei suhu di Kaltara tembus 37 derajat celcius menjadi suhu yang tertinggi. Diperkirakan cuaca terik ini akan bertahan hingga empat hari ke depan.

“Suhu panas itu cenderung tinggi di sekitar Maret, April, Agustus, September dan Oktober. Karena di bulan itu ada gerak semu tahunan matahari. Ketika memasuki bulan itu posisi matahari berada di khatulistiwa. Apalagi kita di Kaltara berada tepat di garis khatulistiwa,” ungkapnya.

Baca Juga  Diperlukan Generasi Muda yang Miliki Karakter

Sementara potensi hujan lokal masih dapat terjadi di wilayah pesisir Kaltara, seperti Nunukan, Sebatik, Bunyu, Tana Lia, Tarakan, Tanjung Palas Utara dan Timur hingga Tanjung Selor yang diprediksi hujan lokal pada pagi hari. Sementara memasuki siang hingga sore hari, prediksi hujan lokal masih dapat terjadi meluas ke wilayah Barat seperti Bulungan, KTT, sebagian Nunukan Utara dan sebagian Malinau.

Awan yang menyebabkan potensi hujan lokal ini akan berkurang ketika memasuki malam hari. “Hujan lokal ini masih akan terjadi, kalau prediksi cuaca terik hingga empat hari ke depan. Maka pada hari kelima masih ada potensi untuk menerima hujan,” tuturnya. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini