TANJUNG SELOR – Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Utara (Kaltara) mencatat tingkat inflasi tahunan (year on year/y-on-y) sebesar 2,23 persen pada Oktober 2025.
Kenaikan ini terjadi seiring meningkatnya harga pada sejumlah kelompok pengeluaran utama masyarakat di tiga kabupaten/kota di Kaltara. Kepala BPS Kaltara Mas’ud Rifai mengatakan, perkembangan harga komoditas masih berada dalam kondisi terkendali. Meskipun terdapat beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan cukup signifikan. Berdasarkan hasil pemantauan, Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 105,39 pada Oktober 2024 menjadi 107,74 pada Oktober 2025.
“Secara umum inflasi Kaltara masih berada dalam batas yang wajar. Namun, memang ada beberapa komoditas yang memberi andil besar terhadap kenaikan harga,” ujarnya, Senin (3/11).
Kenaikan inflasi tahunan terutama disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tanggayang naik 2,91 persen, serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,59 persen. Sementara itu, kelompok kesehatan mencatat inflasi tertinggi, yakni 8,46 persen, diikuti oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 11,08 persen.
Kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya juga meningkat 0,92 persen, sedangkan kelompok pendidikan naik 0,92 persen. Adapun beberapa kelompok mengalami penurunan harga, antara lain pakaian dan alas kaki yang turun 0,11 persen, transportasi turun 1,73 persen. Serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi 0,21 persen.
Pihaknya mencatat, 10 komoditas utama yang paling dominan mendorong inflasi tahunan antara lain emas perhiasan, ikan bandeng, tarif air minum PAM, tarif rumah sakit, tomat, beras, bawang merah, minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, dan nasi dengan lauk.
Sedangkan komoditas yang memberi andil terhadap deflasi seperti angkutan udara, cabai rawit, tempe, tahu mentah, sawi hijau, bawang putih, labu parang, batu bata, pengharum cucian, dan ikan layang.
“Dari sisi bulan ke bulan (month to month/m-to-m), Kaltara justru mengalami deflasi ringan sebesar 0,08 persen pada Oktober 2025. Penurunan harga ini dipicu oleh turunnya harga komoditas pangan. Seperti bawang merah, cabai rawit, dan tomat, yang sebelumnya sempat naik menjelang akhir kuartal ketiga tahun ini,” sebut dia.
Ia menuturkan, kondisi ini menunjukkan stabilitas harga yang cukup baik menjelang akhir tahun. Kestabilan harga perlu terus dijaga, agar daya beli masyarakat tetap kuat. Terutama menghadapi periode Natal dan Tahun Baru.
“Kalau berdasarkan catatan BPS, inflasi tahun kalender (year to date/y-to-d) mencapai 1,91 persen, masih di bawah batas toleransi inflasi nasional,” imbuhnya.
Dengan demikian, secara umum harga barang dan jasa di Kalimantan Utara masih dalam kondisi terkendali dan tidak memberikan tekanan besar terhadap perekonomian daerah. (kn-2)