TANJUNG SELOR – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena La Nina akan mulai terjadi pada November ini hingga Februari 2026.
Meski tergolong dalam kategori lemah, fenomena ini tetap berpotensi meningkatkan intensitas hujan di atas normal. Terutama di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) yang dikenal memiliki curah hujan tinggi sepanjang tahun. Kepala Stasiun Meteorologi Juwata Tarakan Muhammad Sulam Khilmi mengatakan, La Nina kali ini muncul beriringan dengan masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Kondisi tersebut dapat memperkuat aktivitas pembentukan awan hujan dan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, serta angin kencang.
“BMKG mendeteksi bahwa bulan ini akan mulai terjadi fenomena La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2026. Meskipun dalam kategori lemah, tetap perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan curah hujan di atas normal,” jelasnya, Rabu (5/11).
Ia menambahkan, secara klimatologis, wilayah Kaltara memang memiliki curah hujan tinggi dan cenderung fluktuatif sepanjang tahun. Berdasarkan data historis, bulan November dan Desember menjadi periode puncak musim hujan di provinsi termuda di Indonesia ini.
“Kaltara ini umumnya memang hujan sepanjang tahun, tapi dengan variasi intensitas. Dalam beberapa tahun terakhir, puncak musim hujan terjadi pada November hingga Desember,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltara Andi Amriampa menyatakan, telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi akibat pengaruh La Nina.
“Upaya mitigasi sudah kami lakukan. Kami terus berkoordinasi dengan BMKG terkait prakiraan cuaca dan menyiapkan seluruh stakeholder, agar siaga terhadap kemungkinan bencana,” tegasnya.
Menurutnya, kesiapsiagaan tidak hanya dilakukan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, tetapi juga diperluas hingga ke tingkat desa. BPBD Kaltara kini tengah mengaktifkan kembali program Desa Tangguh Bencana dan Kampung Siaga Bencana. Guna memperkuat kapasitas masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.
“Sense of urgency itu harus ada. Desa tangguh dan kampung siaga bencana perlu diaktifkan Kembali. Agar masyarakat benar-benar siap menghadapi musim hujan ekstrem,” tandasnya. (kn-2)