ATLET dance sport Kaltara terus mematangkan persiapan jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara (Sumut).
Pelatih Tehnik dansa, Anita Rullah mengakui, selain olah tubuh, dalam olahraga Dancesport juga harus dibarengi sinkronisasi. Olahraga berpasangan ini juga mencocokkan penempatan lagu, diselaraskan dengan gerakan.
“Tapi memang waktu untuk latihannya kurang sepertinya. Karena untuk kita masih pakai teknik lama. Sedangkan sekarang sudah berbeda. Karena jarang kita dipegang coach luar. Jarang juga ikut pertandingan karena atlet kurang, jadi waktu latihan juga kurang,” katanya, Jumat (2/8).
Dengan waktu yang tersisa ini, kata dia, latihan sebenarnya sudah cukup. Namun untuk lebih baik lagi membutuhkan waktu lebih lama. Dalam PON nanti, pihaknya mempersiapkan atlet diantaranya Fitri dan Erwin di kelas Rising Star Latin dan Dinda Wahyu dan Laela Raihan di Rising Star Ballroom.
“Rencananya kita akan ke Malaysia untuk pertandingan. Tapi sementara ini ya masih belajar koreografi saja, pendaftaran belum juga dan kita kendala di kostum. Tidak difasilitasi, masih sepatu,” tutur Anita.
Sekretaris Ikatan Olahraga Dancesport Indonesia (IODI) Kaltara Zulkifli Djamaluddin mengatakan, persiapan jelang PON sudah dilakukan evaluasi dan terakhir 6 Agustus. Pihaknya juga mendatangkan mentoring dari Tiongkok untuk pelatihan olah tubuh pada 3 dan 4 Agustus.
“Khusus mentoring dari Tiongkok kami datangkan. Kan kalau di Jawa Timur, daerahnya yang lain bisa ikut. Kita pilih sentralisasi disini karena pelatihnya mantan atlet Sea Games, lisensinya juga sudah internasional. Pengalaman untuk berlatih dengan sesama atlet Jawa Timur di nasional juga punya nama,” katanya.
Selain itu, pihaknya fokus mempersiapkan jam latihan untuk tampil. Apalagi dansa ini merupakan olahraga yang tampil di depan orang banyak, hal ini yang tidak didapatkan di Kaltara karena minim penonton. Berbeda dengan di Surabaya dan Kuala Lumpur, diharapkan agar atlet bisa tampil depan publik dengan mental yang sudah tidak kaku.
Atletnya yang berlaga di PON ini masih baru dengan usia muda. Meski ada beberapa yang sudah senior. Tetapi sebagian besar masih baru, sehingga butuh jam terbang tampil yang tinggi.
“Kalau melihat perkembangan sejauh ini masih melihat hasil try out di Kuala Lumpur. Karena tahun ini PB tidak ada buat Kejurnas untuk pemanasan. Waktu PON Jabar, dua bulan sebelumnya kita ada try out, Kejurnas. Tahun ini sama sekali tidak ada Kejurnas, jadi tidak bisa ngompor (atlet),” tuturnya.
Ia mengakui, tidak bisa melihat kemampuan atlet lain. Sementara di daerah lain seperti Jawa Timur atau Kaltim rata-rata try out keluar negeri. Seperti atlet dari Jogyakarta dan Bali sehingga memang harus keluar negeri karena tidak ada Kejurnas di Indonesia.
“Kalau potensi atlet yang diwaspadai lawan kita seperti dari Jawa Timur, Makassar, DKI Jakarta dan Bali,” sebutnya.
Berbeda dengan Cabang Olahraga (Cabor) lainnya, khusus olahraga Judo untuk bisa memperebutkan tiket menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) harus memperhitungkan poin terlebih dahulu. Sebab sifatnya susulan, atlet yang akan mengikuti Cabor Judo sulit untuk dijadwalkan lebih awal.
Pelatih Judo Kaltara Gunawan mengatakan, atletnya sudah TC sentralisasi dan disentralisasi. Dengan sistem poin ini, berbeda dengan cabor lain yang menggunakan sistem pra PON.
“Jadi sistem kita di Judo ini event kalender PJSI yang ditentukan itu pointnya. Kalau atletnya rajin ikut, maka itu yang dihitung poin. Jadi, kalau Kaltara tidak punya uang, kita tidak kirim atlet, maka tidak akan lolos seumur hidup. Judo tidak ada sistem pra PON,” ujarnya, Kamis (1/8).
Anggaran yang terbatas itulah yang kemudian tidak bisa memberangkatkan atlet untuk mendapatkan poin. Tahun ini saja hanya satu atlet yang berangkat untuk tanding, sedangkan minimal bisa 4 kali dalam setahun.
Beda dengan Kaltara butuh biaya akomodasi tinggi untuk ikut pertandingan. Di daerah Jawa lebih mudah, karena masih dalam satu daratan. Sementara event Judo lebih banyak di wilayah Jawa. Rencananya pada PON mendatang, pihaknya akan mengirimkan satu atlet dari Kaltara atas nama Sila Rahayu, untuk menggantikan atlet yang mundur dari PON.
“Dari PB menawarkan ke kita, kalau memang bisa ya kita ambil. Sesuai nomor kelas yang muncul di PB, waktu Porprov kan dulunya Kejurda, kita laporkan ke PB. Makanya terdata nama orang kita yang pernah juara di daerah itu, sesuai kalender PB,” ungkapnya.
Sila Rahayu akan mengikuti kelas 52 kg untuk putri. Persiapannya saat ini sudah menyelesaikan try out di Solo dan langsung dititipkan untuk berlatih dengan fasilitas dari pelatih Paragym yang pernah menjadi atletnya dulu.
“Harapan kami dengan berlatih di Solo bisa menambah kualitasnya. Kalau try out itu tanding dengan klub saja, kita kan tidak banyak kejuaraan, kalau tunggu kejuaraan tidak mungkin (bisa dapat poin),” tutupnya. (kn-2)