TARAKAN – Pasca dugaan aksi bullying fisik yang menyebabkan seorang siswa SD Negeri 024 Tarakan meninggal dunia, Ombudsman RI langsung mendatangi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Kota Tarakan, Rabu (6/11).
Anggota Ombudsman RI Indraza Marzuki Rais menegaskan, dugaan bullying yang menyebabkan siswa meninggal dunia perlu ditindaklanjuti lebih serius. “Ini belum ada penjelasan detail. Saya tidak bisa katakan itu bullying. Harus ada pihak-pihak yang menindaklanjuti lebih detail. Tapi saya turut prihatin dengan kejadian yang ada. Kami masih menunggu,” tutur Indraza.
Meski begitu, ia berharap ada keterbukaan dari keluarga terduga pelaku, keluarga korban, pihak sekolah dan Disdik Tarakan. “Kami mohon kesabarannya. Kami siap mengawal dan ada keterbukaan dari kami,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) Kota Tarakan Kamal mengatakan, sejak mendapat laporan pada Agustus lalu hingga meninggalnya siswa berinisial MI. Pihaknya masih mengkaji penyebab meninggalnya korban. Sebelum meninggalnya MI, orangtua korban juga pernah mendatanginya.
“Tapi penyampaian yang pihak sekolah sampaikan ke kami sama. Cuma berita yang tersebar dengan wawancara ibu korban, agak bertolak belakang. Tapi kami berbelasungkawa atas meninggalnya korban,” ucapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) itu menegaskan, akan meminta keterangan ahli dari rumah sakit yang bisa menjelaskan penyebab kematian korban. Pihaknya khawatir nantinya ada penyakit penyerta yang diderita korban sebelum insiden dugaan pemukulan.
Dikhawatirkan dengan kondisi psikologi terduga pelaku, jika nantinya belum ada mediasi kembali. Rencananya, pihaknya kembali akan memintai keterangan oleh kedua belah pihak.
“Memang harus ada orang yang kompeten bisa menjelaskan penyebab ini. Orangtua korban masih dalam keadaan berkabung. Kita harus pahami jadi seorang ibu yang merasakan kehilangan anaknya,” ungkapnya.
Kamal mengakui, ada dugaan pemukulan yang dilakukan oleh terduga pelaku kepada korban. Namun setelah itu kondisi belajar mengajar terlihat normal pasca dugaan pemukulan. Namun keesokan harinya, orangtua korban baru melapor ke sekolah. (kn-2)