Polisi Selidiki Dugaan Bullying

DITANGANI POLISI: Gedung SDN 024 dimana korban diduga dipukul oleh teman sekelasnya hingga mengakibatkan meninggal dunia.

TARAKAN – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Tarakan lakukan penyelidikan terkait dugaan pemukulan antar siswa kelas 2 di SDN 024.

Kasat Reskrim Polres Tarakan, AKP Randhya Sakthika Putra mengatakan, saat ini tengah melakukan penyelidikan awal terkait kasus tersebut. “Penyelidikan dulu mulai dari keluarga korban, sekolah korban dan rumah sakit,” jelasnya, Kamis (7/11).

Dalam tahap penyelidikan, polisi akan meminta keterangan dari pihak yang berkaitan dengan kasus ini. Adapun pemanggilan terhadap pihak terkait, akan dilakukan pada Kamis (7/11). “Pastinya dari pihak sekolah. Kemudian pihak rumah sakit juga akan kita panggil,” imbuhnya.

Dilanjutkan Randhya, dalam kasus ini tidak menutup kemungkinan polisi akan melakukan ekshumasi. Ekshumasi merupakan proses pembongkaran kubur guna memeriksa jenazah dengan cara autopsi. “Meskipun ada hasil rontgen, tetap kita lakukan ekshumasi. Ada kemungkinan ke sana. Tapi kita tunggu persetujuan korban juga,” tuturnya.

Baca Juga  Siapkan Bonus Peraih Medali PON

Dari penyelidikan ini, diketahui orangtua maupun keluarga korban tak melakukan laporan resmi ke Satreskrim Polres Tarakan. Namun, menurut Randhya, penyelidikan tetap dapat dilakukan berdasarkan pemberitaan yang tersebar di sosial media. “Bisa penyelidikan meski orang tuanya tidak melapor. Intinya kita masih pelajari dulu (langkah hukumnya),” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, ibu kandung korban, Susilawati awalnya ia melihat seragam sekolah milik anaknya yang robek. Saat ditanyai, MI barulah bercerita bahwa baju robek itu karena ditarik lalu dipukul oleh FA. MI juga mengalami pembengkakan pada mata bagian kiri akibat pemukulan dari FA.

Baca Juga  9.540 Batang Rokok Ilegal Diamankan

“Pas dibawa ke puskesmas katanya belum parah jadi belum dirujuk. Padahal itu sudah bengkak sekali, akhirnya hanya dikasih Paracetamol sama anti gatal. Itu sudah parah sekali,” tegas Susi.

Susi pun berinisiatif membawa anaknya berobat ke salah satu dokter dan dilakukan tindakan operasi. Operasi tersebut dilakukan untuk mengeluarkan cairan berupa nanah yang ada di mata MI pada akhir Agustus 2024. Setelah dioperasi, MI sudah terlihat membaik sambil melakukan rawat jalan. Lalu, pada September 2024, kondisi kesehatan MI turun drastis sehingga ia harus menjalani perawatan intensif di salah satu rumah sakit yang ada di Tarakan.

Baca Juga  Cuaca Ekstrem, Antisipasi Longsor Susulan

Saat menjalani perawatan, MI didiagnosa oleh dokter spesialis anak mengalami penyumbatan cairan pada bagian kepala. Susilawati pun semakin yakin bahwa yang diderita anaknya merupakan dampak dari pemukulan yang dilakukan FA. Hal itu juga dibuktikan dengan hasil rontgen CT Scan pihak rumah sakit. MI juga sempat mengalami koma selama 10 hari sebelum kepergiannya. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini