TANJUNG SELOR – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltara dipastikan tidak akan membangun sekolah baru. Meskipun tersedia anggaran, difokuskan pada penyelesaian gedung sekolah yang sudah dalam tahap perencanaan dan proses pembangunan.
Mengingat, berdasarkan kalkulasi jumlah peserta didik yang lulus SMP, jumlah rombongan belajar (Rombel) yang ada saat ini sudah sangat mencukupi, bahkan melebihi kebutuhan. Tahun ini, Disdikbud Kaltara berencana untuk mendirikan tiga sekolah baru, yakni dua gedung SMA dan satu gedung SMK.
Pada 2024, pembangunan dua SMA baru di wilayah Betayau di Kabupaten Tana Tidung (KTT) dan Seimenggaris, Kabupaten Nunukan. SMA di Betayau akan menjadi sekolah yang sangat dibutuhkan, mengingat saat ini siswa-siswi di daerah tersebut masih bergabung dengan sekolah lain. Seperti di SMA 5 Tarakan, yang harus numpang di SMP 14. Sementara itu, SMA Semenggaris juga akan dibangun dengan dua kelas.
“Harapan kami, tahun depan tak lagi membuka sekolah baru. Karena jumlah sekolah yang ada sudah cukup. Semua wilayah yang membutuhkan akses pendidikan sudah terkafer,” jelas Kepala Disdikbud Kaltara Teguh Henri Susanto, Minggu (1/12).
Menurut Teguh, salah satu kendala utama dalam pembangunan sekolah baru persoalan lahan. Tanah hibah untuk pembangunan sekolah di beberapa lokasi, seperti di Kota Tarakan masih dalam proses pengajuan. Bahkan, surat permohonan tanah hibah dari Pemerintah Kota Tarakan baru saja diajukan ke DPRD untuk mendapatkan persetujuan.
“Untuk pembangunan sekolah baru, kami memang mengandalkan hibah tanah dari pemerintah daerah. Tanah hibah untuk wilayah Seimanggaris dan Betayau sudah clear. Tetapi untuk Tarakan, prosesnya masih berlangsung,” ungkapnya.
Pembangunan gedung sekolah baru, jika anggaran memungkinkan akan difokuskan pada dua hal. Pertama, untuk sekolah yang sudah berproses, dan kedua pembangunan fasilitas yang sesuai standar. Standar minimal biaya pembangunan sebuah sekolah baru berkisar antara Rp 12 miliar. Anggaran ini meliputi pembangunan ruang kelas, ruang guru, ruang perpustakaan, laboratorium, hingga fasilitas ibadah.
“Pembangunan sekolah membutuhkan dana yang cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang belajar yang standar. Di beberapa daerah, biaya pembangunan bisa berbeda karena faktor lokasi dan harga material,” bebernya. (kn-2)