TANJUNG SELOR – Tingkat partisipasi pemilih warga Kabupaten Bulungan pada Pilkada 2024 terhitung hanya berkisar 66 persen. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan Pilkada 2019 silam. Secara akumulatif partisipasi pemilih di atas 77,5 persen atau berada di atas target nasional pada saat itu.
Bahkan, partisipasi pemilih pada Pemilu 2024 lalu, untuk Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg) DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten. Tingkat partisipasi pemilih mencapai di atas 81 persen. Partisipasi pemilih menjadi bagian penting yang tidak bisa dilepaskan dalam kesuksesan Pemilihan Umum (Pemilu).
Pasalnya, partisipasi pemilih menggambarkan animo masyarakat. Partisipasi pemilih dinilai penting karena mampu menggambarkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu yang dilaksanakan. Dengan menurunnya partisipasi pemilih di pilkada ini, terdapat banyak faktor yang patut menjadi bahan evaluasi.
Menurunnya partisipasi pemilih pun diakui Ketua KPU Bulungan Mahdi E Paokuma. “Berdasarkan aplikasi Sirekap (Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik) dalam perolehan suara, partisipasi pemilih kita tak sampai di angka 70 persen,” jelas Mahdi, Senin (2/12).
Menurut dia, salah satu faktor angka partisipasi pemilih menurun dikarenakan cuaca hujan yang mengguyur saat masa pencoblosan 27 November lalu. Padahal, formulir pemberitahuan kepada masyarakat untuk mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) telah didistribusikan hampir 90 persen.
Bahkan, KPU Bulungan pun gencar lakukan sosialisasi kepada masyarakat. Bahwa pada 27 November lalu ada Pilkada 2024. “Selain faktor cuaca hujan yang terjadi. Faktor kebiasaan masyarakat untuk datang ke TPS dan kesadaran demokrasi yang berkurang,” tuturnya.
Mahdi menegaskan, setelah tahapan rekapitulasi perolehan suara di tingkat kabupaten selesai, akan lakukan evaluasi. Penyebab angka partisipasi pemilih pilkada di Bulungan alami penurunan.
Hal senada juga diungkapkan Ketua KPU Kaltara Hariyadi Hamid, terhadap tingkat partisipasi pemilih yang alami penurunan. Dia mengungkapkan, faktor cuaca hujan yang mengguyur di beberapa kabupaten. Hal tersebut pun berdampak terhadap partisipasi pemilih.
“Bila melihat data-data yang ada, kemungkinan partisipasi pemilih di Kaltara menurun dari Pemilu 2024 dan Pilkada 2019 lalu,” jelasnya.
Selain faktor cuaca, Hariyadi menilai pemilih merasa jenuh. Karena usai Pemilu 2024, pemilih harus kembali melaksanakan Pilkada di tahun yang sama. Bahkan, ada juga faktor ketidaksukaan pemilih terhadap pasangan calon (Paslon). Baik untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub), Pemilihan Bupati (Pilbup) maupun Pemilihan Wali Kota (Pilwali). Sehingga pemilih tersebut lebih memilih golput atau melaksanakan pekerjaan yang lain.
“Bisa juga faktor kurang intensifnya sosialisasi yang dilakukan jajaran KPU, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Bila melihat data sementara perolehan suara, maka kecenderungan partisipasi pemilih akan turun. Termasuk melihat fakta di lapangan, seperti kondisi cuaca,” ungkapnya.
Hariyadi menambahkan, akan menunggu hasil resmi berdasarkan rekapitulasi di masing-masing kabupaten/kota. Kemudian dari hasil tersebut tentu dilakukan evaluasi menyeluruh berkaitan tingkat partisipasi pemilih ini. (kn-2)