TANJUNG SELOR – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bulungan lakukan evaluasi menyeluruh di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) se-Kabupaten Bulungan, pasca Pilkada Serentak 2024 berakhir.
Evaluasi dilakukan mengingat, pada pilkada 27 November 2024 lalu, tingkat partisipasi pemilih di Bulungan hanya 66,11 persen. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan Pilkada 2019 silam. Secara akumulatif partisipasi pemilih di atas 77,5 persen atau berada di atas target nasional pada saat itu. Komisioner KPU Bulungan Koordinator Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan SDM Hasnadi menilai, sosialisasi pemilih perlu dimasifkan lagi.
“Kita rencanakan Maret mendatang untuk Go To School. Untuk memberikan pemahaman kepada pelajar yang sudah memiliki hak suara di pemilu maupun pilkada. Meskipun pemilu sudah tidak ada lagi saat ini, kita berupaya tingkat partisipasi pemilih tidak menurun,” jelas Hasnadi, Rabu (29/1).
Menurut dia, turunnya tingkat paritispasi pemilih di pilkada ada beberapa faktor. Di antaranya, karena pemilih merasa jenuh. Pasalnya, pasca pemilu 2024 lalu, berselang beberapa bulan berlanjut pada pelaksanaan Pilkada Serentak.
Selain itu, faktor Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang mengalami perampingan dari pemilu ke pilkada. Pada Pemilu lalu, terdapat 484 TPS. Sedangkan saat pilkada berkurang menjadi 314 TPS. Meski partisipasi pemilih di Bulungan menurun, namun Hasnadi merasa bersyukur tidak adanya Pemungutan Suara Ulang (PSU).
“Alhamdulillah, hanya Bulungan tanpa PSU. Sehingga, proses pelantikan pun bisa terlaksana sesuai jadwal yakni 6 Februari mendatang di Jakarta,” tuturnya.
Hasnadi menekankan, untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu maupun pilkada mendatang, akan genjar lakukan sosialisasi. Dengan berbagai metode, sehingga partisipasi pemilih bisa kembali meningkat.
Penurunan partisipasi pemilih di Bulungan pun diakui Ketua KPU Kaltara Hariyadi Hamid. Menurut dia, partisipasi pemilih tidak hanya terjadi di Kabupaten Bulungan. Bahkan, angka partisipasi pemilih saat Pilkada 2024 di Kaltara tercatat hanya 68,08 persen.
Angka ini lebih rendah dari target yang diharapkan dan menunjukkan penurunan signifikan. Dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya yang mencapai 81 persen. “Penurunan ini perlu dievaluasi secara menyeluruh. Angka 68,08 persen memang lebih rendah dari yang diharapkan,” ujarnya.
Menurut Hariyadi, ada banyak faktor yang menyebabkan partisipasi pemilih tinggi atau rendah. Baik faktor eksternal maupun internal. Variabel eksternal yang berperan besar dalam penurunan partisipasi, termasuk jumlah aktor yang terlibat dalam pemilu. Seperti pasangan calon dan tim kampanye. Salah satu faktornya, keterbatasan dalam pelaksanaan kampanye membuat informasi tidak tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.
KPU Kaltara akan mengkaji kreativitas dan efektivitas program kerja penyelenggara. Serta melakukan penelitian lebih lanjut, untuk memahami dampak program-program yang telah dijalankan.
Bahkan, KPU Kaltara sudah melakukan analisis terhadap data hasil evaluasi pemilu sebelumnya dan berencana gencar melaksanakan kegiatan di daerah-daerah dengan partisipasi rendah. “Kami berharap dengan kegiatan tersebut, partisipasi pemilih dapat meningkat di masa mendatang,” harap dia. (kn-2)