TARAKAN – PT Pelindo Peti Kemas Tarakan sedang mematangkan rencana pengerukan atau dredging di area dermaga. Tujuannya, agar kapal-kapal besar, terutama kapal penumpang dan peti kemas, bisa bersandar tanpa perlu antre.
Saat ini, Pelindo sedang melakukan verifikasi lapangan bersama tim dari Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tarakan serta Distrik Navigasi Tarakan. Manajer Teknik PT Pelindo Peti Kemas Tarakan Julhaidir menjelaskan, verifikasi ini penting karena ada perubahan lokasi pembuangan material hasil pengerukan atau dumping area.
“Sebelumnya, rekomendasi pengerukan sudah keluar sejak Desember 2024. Tapi karena ada tambahan area untuk reklamasi, jadi kami ajukan ulang rekomendasinya,” ujarnya, Rabu (6/8).
Ia menambahkan, lokasi dumping area yang baru ini sudah disetujui dan sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan (RIP). Nantinya, area ini akan menjadi lokasi reklamasi.
Julhaidir menjelaskan, salah satu alasan utama pengerukan ini, karena kondisi kedalaman air di dermaga hanya 1-3 meter saat pasang besar. Kedalaman ini membuat kapal-kapal besar dengan draft 5-6 meter kesulitan bersandar.
“Akibatnya, kapal harus menunggu kapal lain keluar dulu. Bongkar muat jadi terhambat,” jelasnya.
Dengan pengerukan ini, kedalaman dermaga 1 sampai 3 akan menjadi 7 meter. Pihaknya menjamin, kedalaman ini sudah aman untuk kapal penumpang maupun kapal kargo.
“Kalau terlalu dalam juga bahaya buat dermaga. Jadi kita sesuaikan dengan draft aman, yaitu 7 meter,” sebutnya.
Meskipun ada pengerukan, pihaknya memastikan aktivitas pelabuhan tidak akan terganggu. Pelindo sudah menyiapkan skema pengaturan tambatan kapal berbasis sistem planning and control.
“Kami sudah terapkan berth allocation. Setiap kapal yang masuk sudah dijadwalkan dan ditempatkan sesuai rencana. Aktivitas akan tetap berlangsung seperti biasa,” katanya.
Proyek pengerukan ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga bulan. Setelah selesai, dermaga 2 dan 3 akan difokuskan untuk kapal penumpang, sementara dermaga 4 tetap untuk kapal peti kemas.
“Kapal Pelni seperti Lambelu atau Bukit Siguntang datang empat kali sebulan. Jadi dengan perencanaan ini, semua bisa diatur tanpa menimbulkan antrean panjang,” tegas Julhaidir. (kn-2)