TARAKAN – Hujan lebat disertai angin kencang yang melanda Kota Tarakan pada Rabu malam (8/10) sekitar pukul 20.30 Wita, mengakibatkan banjir dan puluhan pohon tumbang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tarakan mencatat hingga Kamis (9/10) ada 36 titik yang terdampak cuaca ekstrem. Kepala Pelaksana BPBD Tarakan, Yonsep menjelaskan, empat titik utama mengalami banjir, meliputi Karang Anyar, seluruh wilayah Pamusian, Kampung 6, dan Kampung 4.
Ia menyebut banjir tidak menjadi lebih parah karena terbantu oleh kondisi pasang air laut (rob) yang datang mendahului hujan deras. “Kalau bersamaan dengan hujan lebat, pasti terendam seluruhnya. Tapi kami sudah memantau, begitu air mulai surut, angin juga kencang,” jelasnya.
Masalah terbesar yang dihadapi adalah pohon tumbang. Penanganan evakuasi pohon dilakukan oleh tiga tim BPBD sejak pukul 11.00 Wita hingga Kamis dini hari pukul 04.00 Wita, terutama di wilayah Tarakan Tengah, Barat, dan Timur.
Yonsep menyebut angin ekstrem dan kondisi tanah yang labil (tanah pasir) menjadi faktor utama tumbangnya pohon. Ia mengatakan usia pohon bukan jaminan, bahkan pohon muda pun bisa roboh.
“Selain mengganggu akses jalan, pohon tumbang juga menyebabkan kerusakan bangunan. Salah satunya di Jalan Kampung Bugis, di mana hampir 90 persen atap rumah warga dilaporkan terangkat akibat hempasan angin,” sebutnya.
Meskipun kerusakan materiil cukup signifikan, Yonsep memastikan tidak ada korban jiwa. Hanya satu orang wanita yang mengalami cedera ringan akibat tertimpa pohon dan segera ditangani oleh tim Palang Merah Indonesia (PMI).
Yonsep menyoroti keterbatasan jumlah personel teknis BPBD, yang saat ini hanya berjumlah 12 orang. Jumlah tersebut dinilai kurang ideal untuk menangani bencana secara cepat di seluruh kecamatan.
“Idealnya, satu kecamatan membutuhkan sekitar 10 tenaga. Armada tidak menjadi masalah, tetapi tenaga manusia terbatas,” keluhnya.
Ia juga menekankan keselamatan personel adalah prioritas utama saat bekerja dalam kondisi gelap dan hujan deras. BPBD Tarakan saat ini terus berkoordinasi dengan instansi terkait, untuk memantau lokasi terdampak dan menghitung kerugian materiil secara rinci.
Yonsep mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama yang beraktivitas di kebun, laut, atau area terbuka. Agar masyarakat selalu memperhatikan peringatan cuaca dari BMKG. Namun tetap waspada karena pembentukan cuaca ekstrem bisa terjadi tiba-tiba.
“Cuaca ekstrem ini sudah memakan korban, termasuk dua nelayan. Kami harap masyarakat tetap waspada dan tidak memaksakan diri saat cuaca buruk,” imbaunya. (kn-2)