TARAKAN – Tonggak penting penguatan pertahanan udara di kawasan perbatasan utara Indonesia telah dimulai.
Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Anang Busra Tarakan resmi naik status dari Tipe B menjadi Tipe A. Efektif berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 8 Tahun 2025 yang ditandatangani pada 29 April 2025.
Kenaikan status ini secara langsung menempatkan Lanud Anang Busra sebagai pusat pertahanan udara utama di Kalimantan Utara (Kaltara). Yang merupakan wilayah strategis berbatasan langsung dengan Malaysia dan kaya sumber daya alam.
“Lanud Anang Busra Tarakan telah naik tipe dari B menjadi A sesuai perintah pimpinan. Kenaikan ini dibarengi dengan penyesuaian pangkat dan jabatan di dalam struktur lanud,” ujar Komandan Lanud Anang Busra Marsma TNI Andreas Ardianto Dhewo, Jumat (10/10).
Sebagai konsekuensi kenaikan ini, posisi Komandan Lanud kini dijabat oleh perwira tinggi berpangkat Marsekal Pertama (Marsma) yang pertama di Lanud Anang Busra dan seluruh Kepala Dinas (Kadis) yang sebelumnya berpangkat Letnan Kolonel kini naik menjadi Kolonel.
Andreas menjelaskan, implikasi paling nyata dari peningkatan tipe ini adalah penambahan personel dan pengembangan organisasi, termasuk pembentukan satuan baru. Langkah konkret yang tengah dipersiapkan adalah pembangunan Skuadron UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau Skuadron 53.
Skuadron ini dirancang khusus untuk mengoperasikan pesawat tanpa awak atau drone militer. Guna memperkuat fungsi pengawasan udara, intelijen, dan pertahanan wilayah perbatasan.
“Pimpinan TNI AU melihat Tarakan adalah wilayah yang sangat strategis. Karena itu dipandang perlu membangun Skuadron UAV di sini. Rencananya akan diresmikan tahun depan,” jelasnya.
Drone militer yang akan digunakan adalah CH-4, buatan China Aerospace Technic and Corporation. Drone ini memiliki kemampuan jelajah fantastis hingga 5.000 kilometer dan mampu bertahan di udara selama 30 hingga 40 jam. Ia menekankan kemampuan CH-4 tidak hanya sebatas fungsi Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR). Tetapi juga mampu dipersenjatai (attack drone) dengan membawa rudal maupun bom.
“Kehadiran Skuadron UAV ini akan sangat strategis. Kita bisa membantu pengamatan udara di wilayah perbatasan. Termasuk mendeteksi dan mencegah penyelundupan, pelanggaran batas wilayah, dan potensi ancaman lainnya di Kalimantan Utara,” tegasnya.
Untuk mendukung operasional Skuadron 53, seluruh fasilitas pendukung seperti apron, jalur penghubung ke landasan, hingga perumahan bagi personel telah disiapkan. Tahap awal akan ada penambahan sekitar 60 personel yang akan mengawaki skuadron tersebut.
Meskipun proses akuisisi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) memerlukan waktu yang cukup Panjang. Andreas memperkirakan operasional penuh Skuadron UAV dapat dimulai secara bertahap pada kuartal IV tahun depan. Saat ini, para calon pilot UAV sudah dikirim ke negara pembuat pesawat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
“Dengan semua peningkatan ini, Lanud Anang Busra akan semakin siap menjadi garda terdepan pertahanan udara di wilayah perbatasan. Kami siap mengemban amanah dan tanggung jawab yang lebih besar demi menjaga langit Indonesia,” pungkasnya. (kn-2)