TARAKAN – Sektor UMKM dan ekonomi kreatif Kalimantan Utara menunjukkan daya saing tinggi, setelah suksesnya Gelaran Karya Kreatif Benuanta (KKB) 2025 yang diinisiasi Bank Indonesia (BI) Kaltara.
Kolaborasi kuat antara BI, pemerintah daerah, dan Dekranasda dinilai menjadi kunci utama yang tidak hanya memperkuat kapasitas pelaku usaha. Tetapi juga berhasil membuka akses pasar hingga ke Tawau, Malaysia. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kaltara Hasriyani memberikan apresiasi tinggi terhadap upaya BI Kaltara.
Menurutnya, sinergi antara Bank Indonesia dan Dekranasda Provinsi Kaltara telah memberikan dampak nyata dalam pengembangan UMKM. Mulai dari pembinaan, promosi, hingga digitalisasi keuangan.
“Kehadiran BI di Kalimantan Utara telah memberi ruang luas bagi pelaku UMKM untuk tumbuh,” ujar Hasriyani.
Ia menuturkan, ketahanan sektor UMKM menjadi salah satu faktor yang menopang stabilitas ekonomi daerah di tengah tantangan global. Dengan kinerja yang relatif stabil. Hasriyani mencontohkan, perluasan dukungan terhadap UMKM kini difokuskan pada akses pasar luar negeri. Beberapa waktu lalu, pelaku UMKM binaan difasilitasi untuk mengikuti pameran di Tawau, Malaysia, hasil kerja sama dengan BI dan Asosiasi Pengusaha Perbatasan Indonesia (ASPPINDO).
Produk unggulan Kaltara yang dijajaki di Malaysia antara lain sambal Dayak, cokelat Regan asal Nunukan, amplang dan berbagai olahan lokal lainnya.
“Saat ini sejumlah produk tersebut sudah dikirim untuk dijajaki kerja sama distribusi melalui jejaring ritel di Malaysia. Langkah ini diharapkan menjadi awal dari peningkatan nilai tambah dan daya saing UMKM Kaltara di pasar global,” kata Hasriyani.
Wakil Gubernur Kaltara Ingkong Ala menambahkan, KKB 2025 merupakan contoh nyata kolaborasi yang memperkuat fondasi ekonomi daerah. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi harus diukur dari daya hidup masyarakat dalam menjaga kearifan lokal.
“Pemerintah provinsi terus mendorong agar produk lokal naik kelas dan memiliki daya saing tinggi. Keberhasilan UMKM akan menjadi ukuran seberapa kuat ekonomi daerah tumbuh secara mandiri,” singkat Ingkong Ala. (kn-2)