TARAKAN – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tarakan menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas atas beredarnya informasi Kota Tarakan yang akan dilanda gempa dengan magnitude 7.9 Skala Ritcher (SR).
Pasalnya, informasi tersebut merupakan skenario simulasi jika terjadi gempa bumi dengan magnitude SR di wilayah utara Sulawesi. Kepala BMKG Tarakan Muhammad Sulam Khilmi menegaskan, informasi itu bukan berdasarkan kondisi Tarakan saat ini. Adapun hal tersebut merupakan hasil pemodelan atau skenario simulasi dari BMKG dan beberapa tim ahli gempa.
“Jadi yang perlu digarisbawahi bahwa informasi itu merupakan skenario jika terjadi gempa bumi dengan magnitude 7,9 di utara Sulawesi. Nah dengan simulasi itu dibuat pemodelan, kalau gempanya segitu wilayah mana saja yang terdampak, salah satunya Tarakan,” jelasnya, Kamis (22/8).
Dalam skenario tersebut, Tarakan masuk ke dalam daftar wilayah yang berpotensi gempa dengan status siaga. Dalam arti, level siaga masuk level kedua untuk tingkat kewaspadaannya. Pada level siaga juga disimulasikan, kemungkinan tsunami yang akan terjadi memiliki ketinggian maksimal 3 meter.
“Diinformasi simulasi itu sudah disampaikan, maksimal 3 meter dengan waktu ketibaan gelombang maksimal 1 setengah jam. Namun dalam praktiknya jika terjadi nanti kembali lagi ke parameter gempanya, ini masih dihitung lagi. Bisa saja tidak berpotensi tsunami, atau berpotensi tapi hanya 10 centimeter,” ungkapnya.
Simulasi dibuat sebagai langkah antisipasi khususnya untuk masyarakat agar siap menghadapi bencana alam. Terlebih, BMKG juga mengeluarkan informasi bahwa gempa bumi Megathrust dengan kekuatan yang cukup besar berpotensi terjadi di Indonesia.
“Kalau ada Megathrust muncul lagi, kita ingatkan juga bahwa di Tarakan ada sesar aktif. Simulasi ini untuk memudahkan, apalagi juga ada waktu terjadinya sehingga ada waktu untuk mengevakuasi masyarakat,” pesannya.
Adapun simulasi atau skenario ini bukanlah sebuah prediksi gempa maupun tsunami. Namun, terdapat potensi bencana alam tersebut akan terjadi di Kota Tarakan. Apalagi jika melihat sejarah, Tarakan pernah diguncang gempa dengan kekuatan 7,0 SR pada tahun 1923 dan yang terakhir 6,1 SR pada tahun 2016.
“Jadi dalam konsep kebencanaan kita menyampaikan potensi terburuk, menurut kajiannya 7,0 SR, bisa terjadi segitu atau bisa dibawahnya. Kita sampaikan potensi yang paling buruk supaya masyarakat lebih siap,” tuturnya. (kn-2)