MEDAN – Atlet Squash Kaltara yang turun di nomor Beregu Putra, telah menyelesaikan pertandingan di babak penyisihan grup, di Arena Squash Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumatera Utara, Jumat (13/9).
Persatuan Squash Indonesia (PSI) Kaltara masuk dalam Grup D yang merupakan grup neraka, yang dihuni DKI Jakarta, Riau dan Sulawesi Tenggara (Sultra). Pada laga perdana, Kaltara langsung bersua atlet Squash DKI Jakarta. Kaltara harus mengakui keunggulan DKI Jakarta, dengan skor 3-0. Di nomor Beregu Putra ini, Squash Kaltara menurunkan atlet Dhika Mandala Putra, Rafa Dwiharto dan Al Ghiffari.
Pada match pertama, Dhika Mandala Putra harus takluk dengan skor 6-11. Hasil kurang memuaskan juga ditorehkan Rafa Dwiharto, yang harus tumbang dengan skor 7-11. Di laga ketiga, Squash Kaltara menurunkan Al Ghiffari. Namun, Al Ghiffari pun harus takluk dengan skor akhir 6-11.
Asa atlet Squash Kaltara masih terbuka, mengingat akan melakoni laga berikutnya bertemu Sulawesi Tenggara yang dijadwalkan Sabtu (14/9). “Atlet kita sudah tampil maksimal, meskipun hasilnya belum sesuai harapan. Apalagi ini lapangan yang baru bagi mereka, dan butuh penyesuaian,” ujar Manager PSI Kaltara, Prasetyo saat dikonfirmasi usai pertandingan.
Untuk laga kedua bertemu Sultra, lanjut Prasetyo, atlet sudah memahami kondisi lapangan. Sehingga diharapkan bisa memetik kemenangan atas atlet Sultra. “Kita masuk dalam grup neraka, atlet DKI Jakarta yang memang perlu diwaspadai,” ungkapnya.
Menurut dia, atlet Squash masih berpotensi bisa lolos ke babak berikutnya. Mengingat dalam satu grup nantinya akan diambil 3 provinsi. Namun, dengan catatan bisa memetik kemenangan di dua laga sisa. Saat bertemu Sultra dan Riau.
“Kita harus mengakui keunggulan atlet DKI Jakarta, karena memang memiliki pengalaman yang mumpuni. Sedangkan atlet kita berlatih tiap hari ketika ada kejuaraan,” tuturnya.

Sementara itu, untuk mendulang medali di cabor Wushu pun sirna. Pasalnya, atlet Wushu Kaltara yang turun di dua nomor tersisa, yakni Kelas 56 kg putri dan Kelas 75 kg putra harus tersingkir. Pada Kelas Sanda 56 kg putri, Shelly Cahyani Dheri ditundukkan atlet Jawa Barat (Jabar) Ebina Saputri Sunarya, 2-0.
Dengan kegagalan tersebut, membuat Shelly tidak dapat melanjutkan ke babak berikutnya. Sedangkan di Kelas 75 kg Putra, Roy Tua Manihuruk, sehari sebelumnya yang berhasil melaju ke babak perempat final pun harus terhenti. Roy Tua pun alami kekalahan 2-0 atas atlet Jawa Tengah (Jateng) Puja Riyaya.
Meski, Kontingen Wushu Kaltara kecewa dengan keputusan wasit. “Kalau kecewa jelas ada, apalagi Shelly selalu menyerang dan poin, sementara lawannya suka menghindar atau pukul-lari. Mungkin karena Shelly sejak awal dianggap kesehatannya tidak normal. Karena indikasi mata silender jadi wasit memenangkan lawan,” ujar Ketua Harian Wushu Indonesia (WI) Kaltara Hendra Radiyanto.
Namun, keputusan wasit dalam pertandingan tidak bisa diganggu gugat dan Kaltara harus menerima pil pahit kekalahan tersebut. “Yah kita terima saja keputusan wasit dan ini menjadi evaluasi bagi kami ke depannya agar lebih baik,” tegasnya.
Meski terlihat kalah kelas dari atlet yang pernah membela Indonesia di Sea Games. Namun Roy Tua Manihuruk tetap memberikan perlawanan berarti. “Kan Roy terlihat terus berupaya menyerang, cuma memang musuhnya menjaga agar tidak terkena pukulan keras Roy. Musuhnya tahu kalau atlet kita jago dalam boxing. Sehingga lawan bermain safety dan banyak melakukan serangan-serangan balik,” jelasnya.
Dengan kegagalan meraih medali pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara menjadi pelajaran besar bagi Pengprov WI Kaltara. “Pasca ini kami terus melakukan pembinaan berkelanjutan. Memang kegagalan ini juga menjadi kesalahan kita, tidak memperhatikan perkembangan kekuatan lawan,” turur Hendra. (kn-2)