Pameran Virtual Tampilkan Karya Seniman Muda

PAMERAN: Inaya Kayan Indonesia meluncurkan pameran virtual, sebuah ruang kolektif yang menghadirkan kisah perlawanan perempuan adat Long Pelban, Kalimantan Utara.

TANJUNG SELOR – Di tengah derasnya arus pembangunan yang terus menggerus ruang hidup masyarakat adat, suara dari hulu akhirnya mengalir dan menggema ke ruang digital.

Inaya Kayan Indonesia secara resmi meluncurkan pameran virtual bertajuk Suara dari Hulu: Tubuh, Alam, dan Perlawanan Perempuan Uma’ Kulit. Sebuah ruang kolektif yang menghadirkan kisah perlawanan perempuan adat Long Pelban, Kalimantan Utara.

Pameran ini bukan sekadar galeri seni digital, melainkan ruang hidup imersif yang merekam napas perjuangan, luka, dan harapan. Melalui seni, perempuan adat bersuara tentang ketidakadilan yang mereka hadapi di tengah ekspansi pembangunan seperti proyek PLTA Kayan dan industri ekstraktif lainnya, yang mengancam kelangsungan hidup komunitas mereka.

Baca Juga  Rakerprov Persiapan Menuju PON

“Perempuan Long Pelban bukan penonton dalam pembangunan. Mereka penjaga hutan, perawat ladang, dan penentu musim. Tapi suara mereka diabaikan. Melalui pameran ini, kami menolak untuk dilupakan,” tegas Ketua Inaya Kayan Indonesia Meta Septalisa, belum lama ini.

Pameran ini menampilkan karya dari sepuluh seniman muda Kalimantan yang menyuarakan perasaan kehilangan, kemarahan, dan keteguhan hati lewat berbagai medium. Berupa ilustrasi digital, patung tanah liat, instalasi, hingga karya video. Semua karya tersebut menggambarkan keterhubungan antara tubuh perempuan dan alam. Serta ancaman yang mengintai ketika ruang hidup dialihfungsikan atas nama kemajuan.

Baca Juga  Amdal Jadi Prioritas Utama

“Salah satu segmen paling menggugah adalah Points of Listening, rekaman suara hutan Kalimantan Tengah selama 24 jam penuh. Suara gemerisik daun, nyanyian burung, dan desiran angin mengajak pengunjung untuk tidak hanya melihat. Tapi juga mendengar sebuah pengalaman kontemplatif tentang suara alam yang perlahan dibungkam oleh deru mesin dan penebangan” bebernya.

Pameran Suara dari Hulu dapat diakses secara daring selama satu bulan penuh dan terbuka untuk publik luas. Namun, peluncuran ini bukanlah akhir, melainkan langkah awal. Inaya Kayan berkomitmen memperluas ruang serupa ke Kalimantan Timur dan Selatan, mendokumentasikan lebih banyak kisah. Serta memperkuat jaringan perempuan adat dalam menghadapi krisis iklim.

Baca Juga  Kaltara dan Pemkab Enrekang Jalin Kerja Sama

“Kami ingin mengajak publik tidak hanya menyaksikan, tapi juga mendengar, merasakan, dan bergerak bersama. Keadilan iklim hanya mungkin terwujud jika kita menghormati pengetahuan lokal dan memulihkan suara perempuan,” terangnya.

Pameran ini juga menjadi bagian dari kerja jangka panjang antara komunitas, seniman, dan organisasi pendukung seperti YAPPIKA-ActionAid. Selama ini turut menciptakan ruang aman bagi perempuan adat dan mendorong program keadilan iklim berbasis komunitas. (kn-2)

Bagikan:

Berita Terkini