Jemaah haji asal Jember, Isnaini membagikan pengalaman spiritualnya di Tanah Suci. Di Jabal Rahmah, Padang Arafah, dia melihat sosok mirip suaminya yang telah wafat. Momen haru ini meninggalkan kenangan abadi.
“SAAT itu (di Jabal Rahmah) saya melihat seseorang yang mirip sekali suami. Saya coba mendekati, tetapi saya cari-cari, orang yang mirip suami saya sudah tidak ada,” tutur jamaah haji berusia 50 tahun ini di Surabaya (24/6).
Isnaini tergabung dalam kloter 32 Debarkasi Surabaya. Dia telah tiba di Tanah Air. Dia seharusnya berhaji bersama sang suami. Namun, takdir berkata lain, suaminya wafat tiga hari setelah pelunasan biaya haji.
“Seharusnya kami dapat berangkat haji bertiga, bersama suami dan ayah mertua. Namun menjelang bulan Ramadan, suami meninggal. Dari hasil pemeriksaan katanya serangan jantung,” kenangnya dengan lirih.
Kepergian sang suami yang mendadak memberikan duka mendalam bagi Isnaini. Dia bercerita bahwa suami tak menunjukkan gelagat sakit. Ia juga bekerja di sawah dan sempat bercanda dengan anak-anak seperti biasanya.
“Saya sempat bimbang, jadi berangkat haji atau tidak. Setelah dipertimbangkan lagi, kami sudah 13 tahun menunggu setelah mendaftar haji bersama pada 2012. Akhirnya saya menguatkan diri untuk lanjut berangkat haji,” terang Isnaini.
Warga Kecamatan Jenggawah, Jember ini mengungkapkan keberangkatan haji suami tidak dialihkan, sebab keluarga sepakat untuk dibatalkan. Isnaini kemudian berangkat haji bersama ayah mertua, Asmuni.
“Alhamdulillah, ayah mertua meskipun sudah berusia 75 tahun, masih sangat sehat. Beliau tidak memerlukan kursi roda dan dapat berjalan sendiri tanpa dibantu selama di Tanah Suci,” ujarnya.
Kenangan lain yang juga membekas di hati Isnaini adalah ketika ia berjalan kaki dari Muzdalifah menuju Mina. Saat itu, lalu lintas ramai, sehingga bus yang ditumpangi terjebak macet.
Isnaini pun memutuskan berjalan kaki bersama rombongan menuju Mina agar tidak terlambat. Meski jauh, rasa lelah tak terasa karena semangat dan kebersamaan para jamaah haji Indonesia.
“Saya malah teringat terus suasana di Mina dsn ketika kami melontar jumrah di Jamarat. Sangat dirindukan segala kekompakan bersama teman-teman rombongan meskipun situasinya saat itu luar biasa padat dan ramai,” kenang Isnaini. (jpg)