Gunung Ruang Erupsi Lagi, Pos Pengamatan Hujan Batu dan Digoyang Gempa

BERDAMPAK LUAS: Letusan Gunung Ruang terlihat dari Pulau Tagulandang, Sitaro, Selasa (30/4).

Puluhan penerbangan dan ribuan calon penumpang gagal terbang dari Bandara Sam Ratulangi, Manado, akibat abu vulkanis Gunung Ruang. BMKG juga intens memantau alat pendeteksi tsunami.

 

AYURAHMI RAIS, Manado-CLAVEL LUKAS, Minahasa Utara

 

TUJUAN mereka ke berbagai kota yang berbeda. Tapi, erupsi kedua Gunung Ruang dalam tempo dua pekan terakhir menyatukan mereka di Bandara Sam Ratulangi, Manado, Selasa (30/4): sama-sama berkerumun di konter informasi menanyakan nasib penerbangan masing-masing.

“Kami ke sini karena dengar bandara ditutup, tapi kami belum menerima konfirmasi resmi dari bandara. Kami cek juga di FIDS (flight information display system), penerbangan masih terjadwal,” kata seorang calon penumpang yang hendak ke Jakarta kepada Manado Post.

Tapi, harapan mereka untuk bisa terbang kandas. Sebab, erupsi kedua Ruang yang terjadi kemarin dini hari pukul 02.35 Wita (01.35 WIB) membuat tiga bandara di kawasan Indonesia tutup sementara. Selain Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara (Sulut), dua airport lain adalah Bandara Djalaluddin, Gorontalo; dan Bandara Naha, Tahuna, Sulut.

Baca Juga  Memelihara Gibbiceps, Ikan Sapu-Sapu Albino Yang Usianya Bisa Sampai Puluhan Tahun

Penutupan itu merupakan langkah pencegahan terhadap dampak erupsi dan penyebaran abu vulkanis dari Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulut. Khusus Sam Ratulangi, hingga resmi ditutup sementara, ada 38 pesawat dari berbagai maskapai yang batal terbang dengan total 1.745 penumpang.

Dari data yang diperoleh Manado Post, terdapat sembilan pesawat di posisi apron. Yakni, dari City link, Super Air Jet, Lion, Batik, Trans Nusa, Trigana, dan tiga pesawat lain dari maskapai Wings.

General Manager PT Angkasa Pura I Maya Damayanti mengatakan, situasi operasional di bandara masih terpantau tertib dan kondusif. “Kami juga tetap melakukan paper test untuk mengetahui dampak abu vulkanis Gunung Ruang,” katanya.

Rabu dua pekan lalu (17/4), letusan Ruang juga mengakibatkan 13 ribu warga mengungsi ke posko Pulau Tagulandang, Sitaro. Jumlah pengungsi, mengutip keterangan Dandim 1301 Sangihe Letkol Inf Suhendro Alim Prayogo di Antara, sebenarnya tercatat tinggal 1.000 sehari sebelum letusan kedua kemarin dini hari. Namun, bisa dipastikan bertambah lagi.

BMKG yang berkoordinasi dengan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) menetapkan status Ruang yang sebelumnya ada di level 3 (siaga) naik menjadi level 4 (awas). Kepala Pos PGA (Pengamatan Gunung Api) Sitaro Yudia Tatipang dalam laporan yang dikutip Manado Post, Selasa menyebut kondisi Ruang saat erupsi memang mencekam.

Baca Juga  Mimpi Siska Nirmala Hiking Bersama Anabul Akhirnya Terwujud

“Saat ini gemuruh kencang erupsi Gunung Ruang, hujan batu di pos PGA, gempa terasa dari erupsi, mati listrik karena dimatikan PLN, suasana mencekam, dan seismik BPPTKG di pulau off. Suara gemuruh juga terdengar disertai kaca gemetar,” ucapnya kemarin pukul 03.05 Wita.

Laporan Yudi itu sejalan dengan kesaksian warga yang ditulis di berbagai platform. Sebagaimana dikutip Manado Post, mereka rata-rata menyebut erupsi kedua lebih dahsyat ketimbang yang pertama.

Akibat abu vulkanis erupsi gunung setinggi 725 meter itu kemarin, sekolah-sekolah di Manado dan Minahasa Utara pun diliburkan sementara. “(Diliburkan) sampai kondisi kembali kondusif dan memungkinkan dilaksanakan kegiatan belajar-mengajar,” kata Sekretaris Daerah Sulut Steve GA dalam surat pemberitahuan yang ditujukan ke wali kota Manado dan bupati Minahasa Utara.

Baca Juga  Dua Tahun Tragedi Kanjuruhan: Achmad Hadi Mulyo yang Cacat Seumur Hidup, Tetap Semangat untuk Bangkit

Tercatat, Ruang mengalami erupsi dengan tinggi kolom mencapai 2 ribu meter dari puncak gunung. Pengamatan instrumental mencatat 662 kali gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam.

Dalam keterangan tertulis PVMBG yang diterima Jawa Pos, status Ruang sempat diturunkan dari level IV Awas ke level III Siaga pada 22 April, lima hari setelah erupsi pertama. Namun, kini kembali dinaikkan. Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Hendra Gunawan mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius 7 km dari pusat kawah aktif.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menambahkan, berdasar hasil monitoring lima titik tide gauge (pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan untuk mendeteksi adanya gelombang, Red) di Pulau Siau, Kepulauan Sangihe, dan Bitung, semuanya masih menunjukkan permukaan laut normal.

“Tapi, kita tetap patut waspada karena erupsi Gunung Ruang pernah memicu tsunami pada 1871 dengan ketinggian 25 meter dan menewaskan 400 orang,” jelasnya. (*/idr/dee/c18/ttg/jpg)

Bagikan:

Berita Terkini